Menelaah Struktur dan Kaidah Drama

5/5 - (1 vote)

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: Menelaah karateristik struktur dan kaidah kebahasaan dalam teks drama yang berbentuk naskah atau pentas.

 

1. Struktur Teks Drama

Struktur drama yang berbentuk alu pada umumnya tersusun sebagai berikut.

a. Prolog merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluan dalam sebuah drama atau sandiwara. Bagian ini biasanya disampaikan oleh tukang cerita (dalang) untuk menjelaskan gambaran para pemian, gambaran latar, dan sebagainya.

b. Dialog merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh dram yang diharapkan dapat mengambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang dihadapi, dan cara manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.

Di dalam dialog tersaji urutan peristiwa yang dimulai dengan, orientasi, komplikasi, sampai dengan resolusi.

  • Orientasi adalah awal dari sebuh cerita yang biasanya berisi dengan perkenlan tokoh-tokoh dalam cerita yang akan kaia baca.

Contoh orientasi: pada zaman dahulu hidup lah seeroang anak anjing yang sedang berjalan di taman dengan bahagia, karean ia baru saja mendapatakan tulang ayam yang saat ini sedang ia gigit. ia berjalan-jalan sambil menbanggakan dirinya

  • Komplikasi adalah saat terjadinya sebuah masalah yang dihadapi oleh sang tokoh utama dalam cerita.

Contoh komplikasi: sampai sang anjing sedang bahagia bertemu dengan anjing lain yang ingin mengambil tulang anjing bahagai tersebut tapi anjing bahagia tersebut tidak memberikan tulang ayamnya kepada anjing yang mengiginkan tulang itu.

  • Resolusi adalah dimana sang tokoh utama mendapatkan ide unutk memecahkan masalah yang berada dalam komplikasi.

Contoh resolusi: sang anjing yang bahagia tadi pun mendapatakan ide untuk menyelesaikan masalahnya dengan anjing yang ingin mengambil tulangnya. akhirnya anjing bahagia tersebut memabagiakan tulang ayamnya kepada anjing yang ingin mengambil tulangnya tadi.

  • Koda adalah akhir dari cerita yang mengandung makna dari cerita atau amanat yang dapat diambil dari cerita tersebut.

Contoh koda: kita harus saling membagi terhadap apa yanng kita milikidan tifak boleh memamerkan apa yang kita punya kepada orang lain.

c. Epiog adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi untuk menyampaikan inti sari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh salah seorang aktor atau dalang pada akhir cerita.

2. Kaidah Kebahasaan Drama

Sebagaimana yang tampak pada contoh drama tersebut kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks drama hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Kalimat langsung dalam drama lazimnya diapit oleh dua tanda petik (“….”).

Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.

Lain halnya dengan bagian dialog, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama tersebut bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu.

Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti kok, soh, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Perhatikan contoh berikut!

  • Selama pagi, Anak-anak!
  • Selamat pagi, Buuuuu!
  • Wah…jangan marah dong, aku kan cuma bercanda!
  • Arga, kenapa sih kamu selalu usil?
  • Kenapa kamu selalu mengejek aku?
  • Memangnya kamu suka kalau diejek?
  • Aduh….maaf deh! Kamu marah ya, In?

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

  1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
  2. Banyak menggunakan kata kerja yang mengambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
  3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti : merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.
  4. Menggunakan kata-kata sifat untuk mengambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, ramai, bersih, baik, gagah, kuat.