Proses Pembuatan Kerajinan Perlengkapan Mebel dari Bahan Bambu

Pada dasarnya kerajinan tangan ini merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengolah satuan bahan baku menjadi produk. Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap. Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proyek pembuatan produk.

 

Proses produksi yang dilakukan dalam kegiatan usaha kerajinan mebel bambu hanya memerlukan peralatan yang sederhana karena lebih banyak memanfaatkan keahlian/ keterampilan tangan manusia untuk menghasilkan produk kerajinan ini.

Persiapan Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Bahan baku dalam kegiatan usaha ini adalah bambu wulung hitam (Gigantochloa verticillata) yang masih dapat diperoleh dengan mudah di dalam wilayah Kabupaten Purworejo. Pihak pengrajin dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena petani bambu telah menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke sanggar bambu.

Pengeringan

Bambu yang digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13 bulan dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan ketebalan batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah tropis, tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan pengawetan bambu agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun.

Pengawetan/Penyimpanan

Ada beberapa metode pengawetan yang diterapkan pada batang bambu, yang disesuaikan dengan peruntukan bambu tersebut. Bambu untuk keperluan bahan kerajinan anyaman akan mengalami proses pengawetan yang cukup lama, yaitu sekitar 3-6 bulan dengan cara direndam ke dalam kolam yang menggenang atau mengalir pelan.

Sementara bambu untuk bahan baku pembuatan mebel bambu setelah dikeringkan melalui proses penyandaran cukup ditiriskan/diletakkan dengan posisi tidur pada satu bangunan yang terlindung dari panas dan hujan namun masih dapat terkena angin secara langsung (di angin-anginkan). Proses ini memakan waktu antara 15-20 hari hingga bambu siap untuk diolah menjadi mebel bambu.

Proses Produksi

Dalam menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu di Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo memiliki teknik yang sama, yaitu pembuatan rangka mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan iratan pada alas kursi dan meja serta iratan pada sandaran kursi yang sudah diukir. Pada tahapan akhir dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas, memberi vernis atau melamin serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut akan dibahas berikut ini.

Pembuatan bagian-bagian mebel

Dari keseluruhan proses produksi pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan pembuatan rangka merupakan tahapan paling kritis dalam usaha ini, karena perlu perhitungan yang tepat dalam ukuran maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku. Beberapa pengrajin memiliki tenaga kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka ini sehingga tingkat kerusakan/kegagalan dapat ditekan.

Untuk membuat satu set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan 12 batang untuk model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing bagian dalam rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang bambu dengan diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai kaki-kaki kursi (posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang paling besar sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk batang bambu yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi horizontal.

Perakitan

Proses perakitan mebel kayu dimulai dengan pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian kaki kursi yang telah dilubangi. Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran batang bambu yang akan dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel dapat berdiri dengan kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa secara teliti oleh pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas akhir.

Pelupuh

Pelupuh atau papan bambu adalah susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan menggunakan parang pada satu sisi dari atas ke bawah dan berbentuk iratan/belahan batang dengan ukuran lebar sekitar 2 cm. Iratan tersebut kemudian disusun hingga berbentuk seperti papan atau dinding. Bentuk ini juga memberikan nilai seni tersendiri dan memudahkan sirkulasi udara khususnya untuk bagian bawah kursi maupun meja.

Finishing

Cara membuat kerajinan perlengkapan mebel dari bahan bambu, Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan :

Mengampelas seluruh ruas bambu agar halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa merusak warna bambu yang sudah alami, memberi vernis atau melamin pada seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat dan tahan lama/awet.

Setelah proses finishing dilakukan, mebel bambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung.