Konduktor Atau Dirigen Dalam Seni Musik

4.1/5 - (9 votes)

Dirigen adalah sebuah tugas yang didaulat untuk menjembatani komunikasi baik antar pemusik maupun dengan sang komposer sendiri dan tentunya kepada para penonton. Maka dari itu adalah tanggungjawab bagi dirigen untuk mempelajari musik yang akan dipimpinnya sehingga ia memperoleh gambaran besar dari musik yang ingin dipersembahkan. Dengan pengetahuan dan interpretasi itulah ia dapat membagikan perasaan maupun menjembatani komunikasi pemusik baik secara verbal maupun melalui gestures.

 

Pengertian Dirigen

Dirigen atau konduktor biasa orang itu disebut. Istilah dirigen diambil dari bahasa Jerman Dirigent yang berarti orang yang mengarahkan. Sedangkan konduktor dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan. Pada dasarnya fungsi kedua istilah ini tepat karena sang orang tersebut memang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan isi musik kepada para musisi.

Di Eropa abad pertengahan, seperti di tempat lain, posisi ini sama sekali belum muncul. Pagelaran musik pun sangat terbatas bagi keluarga kerajaan dan gereja. Kelompok paduan suara hanya eksis ekslusif di kalangan gereja. Kelompok pemusik instrumen maupun penyanyi pun anggotanya masih sangat sedikit.

Kondisi ini menyebabkan pagelaran cukup dipimpin oleh salah seorang penyanyi maupun musisi kelompok itu untuk memberikan tanda masuk bagi paduan suara ataupun ensemble. Setelah itu semua kegiatan bermusik diserahkan kepada individu dan kekompakkan cukup disusun atas saling mendengar dan kontak mata, persis seperti band pop rock saat ini. Maka dari itu pemimpin paduan suara kala itu disebut cantor (artinya penyanyi) ataupun kepala (principal) bagian biola disebut concertmaster (artinya pemimpin konser).

Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anggota pemusik, jenis alat musik, dan semakin rumitnya komposisi musik, semakin dibutuhkan pula seseorang yang tugasnya khusus memberi aba-aba bagi pemusik dan penyanyi. Muncullah pekerjaan dirigen. Fenomena ini muncul sejak akhir abad ke-17. Abad ke-19, dirigen hanya bertugas memberi aba-aba tanda masuk dan mengetuk tempo lagu, agar semua masuk bersama-sama dan musik terdengar merdu di telinga sesuai yang ditulis oleh komposer.

Perkembangan Dirigen

Seorang komposer besar dalam profesi dirigen,seorang dirigen menjadi sangat berwibawa dengan bahasa tubuhnya dalam membawa profesinya sebagai konduktor pada paduan suara atau musik. Seorang dirigen harus mencerminkan pribadi dan mengekspresikan dirinya lewat musik yang dimainkan oleh pemusik maupun penyanyi. Bukan hanya sekedar menjamin musik dimainkan sesuai dengan yang ditulis di atas kertas, tetapi dirigen juga memberikan penafsiran pribadinya atas not-not yang tertera di atas kertas itu.

Perannya bukan lagi membacakan puisi nada, tetapi juga berpuisi bersama penyair lewat setiap kata yang sudah tertulis. Dirigen berubah menjadi seorang interpreter not-not tertulis. Dirigen yang biasanya entah merangkap sebagai pemusik, penyanyi maupun komposer akhirnya lebih mengkhususkan diri pada kegiatan interprestasi musik. Dalam perannya sebagai pengaba, dirigen harus berkonsetrasi penuh pada musik yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi utamanya pun bukan sebagai pemusik yang dapat mengeluarkan suara, apalagi mengeluarkan suara pada saat mengaba yang dapat mengganggu musik itu sendiri.

Maka dari itu, kontak mata dan bahasa isyaratlah yang menjadi sarana utama dalam berkomunikasi dalam pagelaran. Karena gestures/bahasa tubuh inilah seringkali tugas dirigen menjadi tugas yang ‘memalukan’. Seseorang harus bergerak untuk menginspirasi orang lain dalam bermusik seringkali terasa aneh karena gerakan bukan menjadi tujuan utama dari conducting seperti penari. Tujuan utamanya malahan suara yang dihasilkan oleh pemusik yang dimotivasi oleh gerakan sang konduktor. Walaupun demikian inilah tugas sang konduktor.

Dan karena alasan ini pula seorang dirigen dapat bergerak semaunya asalkan suara yang dihasilkan oleh pemusik sesuai dengan apa yang diinginkannya. Selain itu walaupun ada standar khusus bahasa tubuh di kalangan pengaba dan pemusik, namun kunci utama dari suatu penampilan adalah latihan bersama. Latihan ini dibutuhkan karena bagaimanapun juga bahasa isyarat memiliki keterbatasan, sehingga komunikasi verbal tetap dibutuhkan untuk mengarahkan dan menyamakan persepsi dalam bermusik

Syarat – Syarat Seorang Dirigen

Menjadi seorang dirigen adalah pekerjaan yang tidak mudah karena diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhinya, baik secara fisik maupun mental.

Syarat-syarat seorang Dirigen/ Conductor yang baik :

  1. Seorang Dirigen harus Berwibawa
    Seorang dirigen harus mempunyai wibawa yang memadai, karena dia harus memimpin sekian puluh orang yang harus taat kepada aturan-aturan (baik teknis maupun naskah lagu) Sebagai seorang pemimpin dia harus mampu memberi sugesti dan motivasi kepada anggota kelompok yang dipimpinnya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
  2. Seorang Dirigen harus Musikal
    Seorang dirigen harus mempunyai bakat musik yang memadai misalnya : mempunyai kepekaan untuk merasakan Picth yang kurang pas/kurang tepat. Segera tahu faktor-faktor kesulitan pada sebuah lagu /karya musik dan dapat memberikan jalan keluar yang tepat.
  3. Seorang Dirigen Mempunyai Pengetahuan Musik
    Seorang dirigen harus mempunyai pengetahuan musik yang baik misalnya secara teknis tentang teori musik (akord-akord, bentuk-bentuk, musik, orkestrasi dll.) bahkan tidak jarang seseorang komponis juga merangkap sebagai seorang dirigen. Dengan pengetahuan musik yang lengkap tadi diharapkan dalam menyajikan suatu karya musik tidak mengalami salah penafsiran.
  4. Seorang Dirigen harus Mempunyai Imajinasi
    Seorang dirigen dengan kemampuan imajinasi yang baik harus bisa mengungkapkan / mengekspresikan pesan-pesan yang ada pada catatan musik/partitur tersebut menjadi sajian musik yang bisa dimengerti penontonnya.
  5. Seorang Dirigen harus Sehat
    Seorang dirigen yang menjadi tumpuan dari sekian banyak anggota kelompok yang dipimpinnya. Dalam memimpin suatu pertunjukan musik atau koor, Ia akan berdiri terus menerus dan akan melakukan berbagai gerakan tangan. Dan pandangannya harus merata ke semua pemain musik atau paduan suara.
  6. Seorang Dirigen harus tampak simpatik
    Seorang dirigen hendaknya berpakaian rapi dan penampilannya meyakinkan. Karena semua pemain musik atau peserta koor, bahkan penonton akan selalu memandangnya.

Konduktor Adalah Manajer

Konduktor adalah seorang manajer. Mari kita melihat kasus peran konduktor dalam masalah dari sudut analogi seorang manajer yang juga berada dalam kubangan yang sama. Anggaplah seorang manajer memimpin 20 orang untuk mengerjakan suatu proyek. Proyek ini adalah proyek baru dan anggota-anggota proyek ini terdiri dari 2 kelompok yang sebelumnya berbeda dan jarang sekali bekerja bersama.

Manajer ini pun tidak pernah bekerja sama mereka, ia baru saja dicomot dari perusahaan lain, karena kinerjanya yang baik, memimpin dengan penuh kharisma, mengerti seluk-beluk pekerjaan. Karena inilah si manajer menarik perhatian petinggi-petinggi perusahaannya sekarang. Lagi pula ia mengenal baik direktur dari perusahaan ini. Proyek ini sendiri adalah proyek yang berjalan dengan sangat singkat, katakan 1 bulan saja. Kelompok 20 orang ini yang dihimpun untuk mengerjakan adalah karyawan-karyawan terbaik dari perusahaan ini, dan spesialis di bidang masing-masing yang mengerjakan proyek besar ini.

Semua karyawan dan manajer berusaha keras untuk menyukseskan proyek ini, proyek yang tergolong besar. Semua elemen optimis bahwa hasilnya pasti sempurna, tapi kenyataan berkata lain. Proyek rampung dan hasil proyek dapat dipergunakan, tapi ternyata masih ada beberapa kekurangan yang terjadi. Jelas yang berbuat salah langsung adalah karyawan tersebut. Toh, merekalah yang mengerjakan setiap proses proyek itu. Tapi kembali ke pertanyaan pertama, apakah si manajer salah?

Tentu saja dia punya andil besar. Ialah yang bertanggung jawab atas kerjasama dan hasil proyek. Manajerlah yang akan dipuji apabila dia menyerahkan hasil baik, dan dia jugalah yang akan diminta pertanggungjawaban apabila ada masalah dalam proyek tersebut. Manajer adalah ujung tombaknya. Mari kita berbalik melihat konduktor. Walaupun keadaan seberapa burukpun konduktor juga adalah ujung tombak suatu pagelaran. Dialah yang maju menerima pujian ataupun kritikan.

Tidak peduli, jadwal latihan yang begitu pendek sekalipun, apabila ia menyanggupi tampil berarti ia juga menyanggupi bertanggungjawab penuh atas pengolahan artistik dari pagelaran tersebut. Tapi kesalahan tidak sepenuhnya berada di punggungnya. Pemain pun punya andil, tapi karena ia sang manajer, ialah yang berada di depan karyawan menanggapi kesalahan karyawannya.

Apabila pagelaran tersebut kurang berhasil, apakah konduktor tersebut gagal? Mudah kita memfonis demikian. Tapi mungkin saja ada faktor X yang mempengaruhi hasil akhirnya. Tapi kekurangan ini tidak berarti suatu kegagalan. Kegagalan itu hanya terdefinisi apabila seseorang tidak bisa mencapai targetnya semula. Di kasus ini target tersebut ditentukan oleh konduktor. Seberapa jauh pencapaian target itu mungkin hanya ia yang tahu.

Kegagalan bukanlah sesuatu yang ditentukan orang lain. Ia sendiri yang menentukannya. Orang di luar hanya bisa menilai dari luar, tapi tidak bisa memfonis gagal. Harap diingat pula, bahwa sehebat apapun seorang konduktor ataupun seorang manajer, dia bukanlah seorang ahli sihir. Suatu pagelaran tidak serta-merta jadi berkualitas nomor satu karena suatu orkes dipimpin oleh seorang konduktor nomor satu, terlebih jika ditangani sekejap saja.