Syarat – Syarat Terbentuknya Struktur Sosial

5/5 - (1 vote)

Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Mengenai istilah struktur sosial di kalangan ahli di Indonesia memang belum ada kesepakatan untuk menentukan secara pasti tentang definisinya. Sebagian para ahli menganggap struktur sosial identik dengan penggambaran tentang suatu lembaga sosial, sebagian lain menggambarkan struktur sosial sebagai istilah pranata sosial, bangunan sosial dan lembaga kemasyarakatan.

 

Definisi Struktur Sosial

Dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial sering di anggap sama dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Menurut Firth, bahwa organisasi sosial berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin di lakukan secara organisatoris. Sedangkan E.R Leach menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasan diantara orang-orang dan kelompok-kelompok.

Dari pendapat tersebut dapat di artikan bahwa struktur sosial mencakup berbagai hubungan sosial antara individu-individu secara teratur pada waktu tertentu yang merupakan keadaan statis dari suatu sistem sosial. Jadi struktur sosial tidak hanya mengandung unsur kebudayaan belaka, melainkan skaligus mencakup seluruh prisip-prinsip hubungan-hubungan sosial yang bersifat tetap dan stabil.

Dalam sosiologi, struktur sosial sering di gunakan untuk menjelaskan tentang keteraturan sosial, yang menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang ulang dengan bentuk dan cara yang sama. Secara sosiometris kadang-kadang dapat diartikan sebagai konsep psikologis hubungan-hubungan sejumlah anggota dalam krlompok kecil. Menurut Soerjono Soekamto (1983), bahwa struktur sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan Interaksi dalam sistem sosial di kosepkan secara terperinci dengan menjabarkan tentang manusia yang menempati posisi-posisi dan melaksanakan peranannya (dalam sosiologi disebut sebagai pendekatan struktural-fungsional). Sedangkan Parso memandang struktur sosial sebagai aspek yang relatif lebih statis dari pada aspek fungsional dalam sistem sosial.

Dengan demikian, pengertian maka secara singkat struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.

Struktur Sosial Menurut Para Ahli

Struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap, yang terdiri dari jaringan relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh kaidahkaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai sosial budaya. Setiap manusia terkait dengan struktur masyarakat di mana ia menjadi anggotanya. Artinya, setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok, kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang yang terdapat di dalam masyarakat.

Untuk memahami lebih jauh mengenai apa itu struktur sosial, mari kita pelajari bersama pengertian struktur social menurut pendapat para ahli sosiologi berikut ini.

  1. George C. Homan
    Mengaitkan struktur sosial dengan perilaku elementer (mendasar) dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Talcott Parsons
    Berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.
  3. Coleman
    Melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.
  4. Kornblum
    Menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.
  5. Soerjono Soekanto
    Melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan.
  6. Abdul Syani
    Melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.
  7. Gerhard Lenski
    Mengatakan bahwa struktur sosial masyarakat diarahkan oleh kecenderungan panjang yang menandai sejarah.

Ciri-Ciri Struktur Sosial

Untuk lebih jelasnya di bawah ini di jelaskan beberapa ciri umum dari struktur sosial :

  1. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok yang dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang kemungkinan besar di lakukan secara organisatoris. Konsep struktur sosial di terapkan pada totalitas, seperti pada lembaga, kelompok dan proses sosial. Struktur sosial di satu pihak dapat berupa hubungan-hubungan sosial antar anggota kelompok masyarakat, di pihak lain srtuktur sosial merupakan ketetapan dari pada cita-cita tentang kekuasaan di antara anggota-anggota masyarakat tertentu.
  2. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individi-individu pada saat tertentu. Oleh karena itu maka struktur sosial dapat di sebut sebagai aspek non proses dari sistem sosial, yang pada intinya adalah situasi statis dari sistem sosial. Struktur sosial merupakan kerangka acuan yang utama dalam setiap studi tentang keteraturan hubungan-hubungan masyarakat.
  3. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat di lihat dari sudut pandang yang teoritis. Artinya dalam meneliti, setiap meneliti tentang kebudayaan sebaiknya di arahkan pada pemikiran terhadap berbagai derajat dari susunan sosialnya. Dengan demikian struktur sosial dapat di pandang sebagai suatu kenyataan empiris yang ada pada setiap saat terjadi hubungan sosial antar manusia. Struktur sosial merupakan abstraksi dari kenyataan yang menyangkut kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya tidak terlepas pada perilaku, perasan dan kepercayaan, di samping menyangkut kehidupan yang aktual.
  4. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statia atau kenyataan yang membeku sehingga dapat di lihat kerangka tatanan dari berbagai bagian tubuhnya yang berbentuk struktur. Jadi, struktur sosial adalah aspek statia dari suatu proses atau fungsionalisasi dari sistem sosial.
  5. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengandung dua pengertian, yang pertama, di dalam struktur sosial terdapat peranan yang bersifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan. Kedua, dalam setiap perubahan dan perkembangan tersebut terdapat tahap perhentian stabilitas keteraturan dan integrasi sosial yang berkesinambungan sebelum kemudian terancam proses ketidakpuasan dalam tubuh masyarakat. Pada ciri kelima ini dalam sosiologi sering di gunakan untuk melukiskan keteraturan sosial atau keteraturan elemen-elemen dalam kehidupan masyarakat.

Dari ciri-ciri diatas dapat di simpulkan bahwa struktur sosial adalah suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang merupakan jaringan dari pada unsur-unsur sosial yang pokok.

Unsur-Unsur Struktur Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu masyarakat yang tertata dalam suatu struktur yang cenderung bersifat tetap. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat itu diharapkan dapat berfungsi dengan baik, sehingga akan tercipta suatu keteraturan, ketertiban, dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Untuk mewujudkannya diperlukan adanya unsur-unsur tertentu.

Apa saja unsur yang terdapat dalam suatu struktur social dalam masyarakat? Menurut Charles P. Loomis, struktur social tersusun atas sepuluh unsur penting berikut ini.

  1. Adanya pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh para anggota masyarakat yang berfungsi sebagai alat analisis dari anggota masyarakat.
  2. Adanya perasaan solidaritas dari anggota-anggota masyarakat
  3. Adanya tujuan dan cita-cita yang sama dari warga masyarakat.
  4. Adanya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dijadikan sebagai patokan dan pedoman bagi anggota masyarakat dalam bertingkah laku.
  5. Adanya kedudukan dan peranan sosial yang mengarahkan pola-pola tindakan atau perilaku warga masyarakat.
  6. Adanya kekuasaan, berupa kemampuan memerintah dari anggota masyarakat yang memegang kekuasaan, sehingga sistem sosial dapat berlanjut.
  7. Adanya tingkatan dalam sistem sosial yang ditentukan oleh status dan peranan anggota masyarakat.
  8. Adanya sistem sanksi yang berisikan ganjaran dan hukuman dalam sistem sosial, sehingga norma tetap terpelihara.
  9. Adanya sarana atau alat-alat perlengkapan sistem sosial, seperti pranata sosial dan lembaga.
  10. Adanya sistem ketegangan, konflik, dan penyimpangan yang menyertai adanya perbedaan kemampuan dan persepsi warga masyarakat.

Syarat – Syarat Terbentuknya Struktur Sosial

Elemen Dasar Pembentuk Struktur Sosial di dalam struktur sosial sendiri, terdapat beberapa elemen yang mana membentuk struktur sosial yang ada di dalam masyarakat, antara lain adalah:

  1. Status sosial, merupakan kedudukan sosial masyarakat yang ada di dalam kelompok masyarakat.
  2. Peran sosial, merupakan peran serta ciri sosial yang diperankan individu yang ada di dalam lingkungan sosial.
  3. Kelompok, merupakan sekumpulan individu yang memiliki norma, nilai, visi serta misi yang sama dan sadar melakkan interaksi dengan teratur. (baca juga: Peran Indonesia di Era Globalisasi)
  4. Institusi, merupakan pola terorganisasi yang berasal dari kepercayaan serta perilaku yang memiliki pusat apda kebutuhan dasar sosial.

Status Sosial

Status sosial adalah suatu kedudukan sosial seseorang di masyarakat yang dapat diperoleh dengan sendirinya (otomatis) melalui usaha ataupun karena pemberian. Interaksi sosial akan mendorong individu untuk dapat mencapai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial yang lebih tinggi akan berpengaruh pula pada sikap dan rasa penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Beberapa macam status sosial yaitu:

  1. Ascribed status
    Ascribed status, yaitu status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau otomatis akan didapatkan karena faktor keturunan. Status yang diperoleh memungkinkan orang untuk bersikap pasif. Seseorang dapat memiliki status ini tanpa harus berjuang ataupun melakukan usaha apa pun. Contohnya anak seorang bangsawan akan menjadi bangsawan pula dan mendapatkan kehormatan dari masyarakat karena status sosial yang diwariskan dan yang dimiliki oleh orang tuanya.
  2. Achieved status
    Achieved status, yaitu status yang diperoleh melalui usaha yang disengaja terlebih dahulu. Untuk memperoleh status ini harus melalui perjuangan yang panjang dengan memerlukan pengorbanan dan lebih bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Hampir semua status yang dimiliki oleh seseorang di masyarakat harus diperjuangkan terlebih dahulu dalam meraihnya. Contohnya untuk menjadi sarjana harus melalui perjuangan terlebih dahulu. Seorang sarjana akan berjuang dengan keras untuk memperoleh gelar akademisnya. Tingkatan pendidikan dalam masa yang panjang harus dilalui untuk mencapainya yang juga memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.
  3. Assigned status
    Assigned status, yaitu status yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan atas jasanya. Pada dasarnya status yang diperoleh adalah akibat dari status yang telah diperolehnya terlebih dahulu. Contohnya seorang pahlawan yang dihargai oleh masyarakat atas jasa perjuangannya. Untuk menjadi seorang yang disebut pahlawan tentu ia harus berjuang mencapai statusnya dengan semua pengorbanan, baik jiwa maupun raga.

Peran Sosial

Di samping melekat status sosial, pada diri seseorang melekat pula peran sosial. Tidak ada peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran. Setiap orang mempunyai peran tertentu sesuai dengan status sosial yang disandangnya. Karena peran sosial merupakan dinamika dari status sosial. Peran sosial berisi tentang hak dan kewajiban dari status sosial. Peran memiliki fungsi mengatur perilaku individu yang berhubungan dengan status sosialnya. Status sosial yang berbeda menyebabkan terjadinya peran sosial yang berbeda pula.

Peran sosial adalah suatu tingkah laku yang diharapkan dari individu sesuai dengan status sosial yang disandangnya, sehingga peran dapat berfungsi pula untuk mengatur perilaku seseorang. Peran sosial pada seseorang dapat berbeda-beda ketika ia menyandang status yang berbeda. Peran diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila berjalan bersama seorang wanita harus berada di sebelah kanannya/samping luar.

Berdasarkan pengertian di atas, maka peran mencakup tiga hal yaitu:

  1. Peran meliputi norma-norma, karena peran merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat .
  2. Peran adalah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap seseorang.
  3. Peran merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan dari individu-individu yang mempunyai pola perilaku tertentu dan interaksi yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya, sehingga diantara merka timbul perasaan bersama dan memiliki hubungan yang erat. Kumpulan dari individu-individu tersebut hidup secara bersama dan memiliki hubungan yang sifatnya timbal balik, dan mereka memiliki kesadaran akan keanggotaannya. Individu yang tergabung kedalam kelompok sosial mempunyai kesamaan aktivitas umum, interaksi, dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisir.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok sosial merupakan kumpulan dari individu yang beraktivitas, saling tolong-menolong, berinteraksi satu sama lain dan mempunyai hubungan erat secara timbal balik (saling berketergantungan), serta yang terpenting adalah memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.

Berdasarkan dampaknya, fungsi kelompok sosial dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Fungsi kelompok formal
    Sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit yang saling berkaitan dan sukar untuk dikerjakan, sebagai sarana untuk mencetuskan pikiran-pikiran baru atau pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi serta pelaksanaan keputusan yang sulit untuk ditentukan.
  2. Fungsi kelompok individual
    Merupakan fungsi kelompok yang berdasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan, meningkatkan, dan menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai sarana untuk menguji kenyataan sosial melalui diskusi dengan orang lain, pengembangan dari segi perspektif, dan konsensus bersama yang dapat mengurangi keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.

Institusi sosial

Institusi sosial adalah organisasi norma-norma untuk melaksanakan sesuatu yang dianggap penting, institusi berkembang berangsur-angsur dari kehidupan sosial manusia. Bila kegiatan penting tertentu dibakukan, dirutinkan, diharapkan dan disetujui, maka prilaku itu telah melembaga. Peran yang melembaga adalah peran yang telah dibakukan disetujui dan diharapkan, dan biasanya dipenuhi dengan cara-cara yang sungguh-sungguh dapat diramalkan, lepas dari siapa orang yang mengisi peran itu.

Institusi mencakup sekumpulan unsur kelembagaan (norma prilaku, sikap, nilai, symbol, ritual dan ideologi) fungsi manifest (tujuan yang dikehendaki) dan fungsi laten (hasil/akibat yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan). Lima institusi dasar yang penting dalam masyarakat yang kompleks adalah Institusi keluarga, keagamaan, pemerintahan, perekonomian, dan pendidikan

  1. Institusi Keluarga
    Keluarga merupakan lembaga sosial dasar. Bentuk lembaga ini sangat berbeda, bervariasi. Keluarga yang berdasarkan pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri disebut keluarga kehidupan suami istri (conjungal family), yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Namun, dalam banyak masyarakat keluarga bersifat kerabat, hubungan sedarah, (consanguine), yaitu kelompok keluarga hubungan sedarah yang jauh lebih besar dengan suatu lingkaran pasangan.
  2. Institusi Agama
    Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti “menambatkan”), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut: Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
  3. Institusi Pendidikan
    Lembaga pendidikan dikembangkan sebagai suatu upaya sistematis untuk mengajarkan apa yang tidak bisa dipelajari secara mudah dalam lingkungan keluarga. Lembaga pendidikan primer adalah sekolah formal, yang bermula dari jenjang sekolah kanak-kanak hingga jenjang perguruan tinggi. Pendidikan formal mencangkup berbagi jenis sekolah seperti: sekolah korepondensi, sekolah bagi para siswa sambilan (part time) dan siswa yang bertempat tinggal jauh; sekolah kejuruan yang menawarkan beraneka ragam latihan dan keterampilan khusus; ditambah dengan latihan pendidikan magang; serta program pendidikan industry yang diselenggarakan oleh banyak perusahaan besar dengan tujuan untuk melatih para karyawan mereka sendiri. Disamping itu berbagai bentuk pendidikan informal berlangsung, baik dalam kondisi yang menyenangkan maupun yang buruk, dirumah, dijalanan, dan melalui media massa_terutama televisi.
  4. Institusi Politik Ekonomi
    Institusi-institusi politik ekonomi adalah sarana yang distandarisasi untuk memelihara ketertiban dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Institusi-institusi politik-ekonomi memiliki tiga pola yakni:
    – Sistem ekonomi campuran, dimana keuntungan dan pemilikan swasta digabungkan dengan beberapa unsur sosialisme dan paham negara kesejahteraan
    – Sistem komunisme, yang mencangkup pengertian bahwa pencarian keuntungan swasta tidak diperkenankan dan perusahaan penting dikelola oleh negara
    – Sistem fasisme, yang berarti bahwa perusahaan swasta diperkenakan berjalan dibawah pengendalian negara secara otoriter