Merevisi Isi Teks Laporan Hasil Observasi

4.5/5 - (496 votes)

Setiap teks pasti memiliki struktur dan unsur pembangun. Demikian pula dengan teks laporan hasil observasi. Teks laporan hasil observasi memiliki 3 struktur antara lain pernyataan umum atau klasifikasi, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat. Pernyataan umum berisi pembuka atau pengantar hal yang akan disampaikan. Bagian ini berisi hal umum tentang objek yang akan dikaji, menjelaskan secara umum pemahaman tentang hal tersebut. Penjelasan secara detail mengenai objek atau bagian-bagian tertentu terdapat pada deskripsi bagian. Deskripsi manfaat berisi tentang manfaat atau fungsi setiap objek yang diamati dalam kehidupan .

 

Pada bagian ini kamu ditugaskan untuk melengkapi teks laporan hasil observasi dari segi struktur, isi dan bahasanya. Pada bagian berikut kamu akan mempelajari contoh kesalahan teks laporan hasil observasi beserta contoh pembenahannya.

Kegiatan 1

Melengkapi Isi Teks Laporan Hasil Observasi

Sebuah teks laporan hasil observasi harus memiliki minimal terdiri atas pernyataan umum (tentang hal atau objek yang dilaporkan), deskripsi bagian-bagian dari objek yang dilaporkan, dan serta penjelasan atau deskripsi manfaat dari objek tersebut.

Saat membaca teks laporan hasil observasi, kamu akan menemukan bagian-bagian informasi yang belum lengkap. Kamu dapat mengetahuinya dengan cara menganalisis struktur teksnya.
Perhatikan contoh berikut ini.

Ada Apa di D’topeng Museum Angkut

D’topeng adalah salah satu tempat wisata yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Keberadaan D’topeng tidak dapat dipisahkan dengan Museum Angkut karena kedua tempat ini berada di satu tempat yang sama. Tempat wisata ini seringkali disebut pula sebagai museum topeng karena memang berisi topeng dengan berbagai model dan bentuk.

Barang-barang tradisional juga dipamerkan di D’topeng. Barang-barang tradisional yang mengisi etalase-etalase museum ini adalah senjata tradisional, perhiasan wanita zaman dahulu yang berbahan dasar logam, batik-batik motif lama, dan hiasan rumah kuno. Berdasarkan bahan dasarnya, barang-barang tersebut juga dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu berbahan dasar kayu seperti hiasan rumah berupa kepala kerbau asal Toraja, berbahan dasar batu seperti alat penusuk jeruk asal Batak, berbahan dasar logam seperti pisau sunat dan perhiasan logam asal Sumba, dan yang berbahan dasar kain seperti batik berbagai motif asal Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Benda terakhir yang mengisi museum ini adalah barang kuno yang sampai saat ini masih dianggap bernilai seni tinggi atau biasa kita sebut barang antik. Barang-barang antik seperti guci tua, kursi antik, bantal arwah, mata uang zaman kerajaan-kerajaan, dan benda-benda lain dapat dijumpai di dalam museum D’topeng. Barang-barang tersebut dapat pula digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu keramik dan logam. Barang antik berbahan dasar keramik di museum ini adalah guci-guci tua peninggalan salah satu dinasti di China dan bantal yang digunakan untuk bangsawan Dinasti Yuan (China) yang sudah meninggal. Sementara itu, barang antik yang berbahan dasar logam adalah jinggaran coin (Kerajaan Gowa), mata uang kerajaan majapatih, koin VOC, dan kursi antik asal Jawa Tengah

Tanpa melihat kembali teks lengkapnya di atas, kamu pasti dapat menemukan bahwa teks laporan hasil observasi di atas tidak dilengkapi dengan (a) pengklasifiakasian/ pengelompokan objek yang diobservasi dan (b) deskripsi manfaat. Sekarang, bandingkanlah dengan teks D’topeng Museum Angkut di atas.

Tugas

Selanjutnya, untuk menguji pemahamanmu, bacalah teks laporan hasil observasi berjudul Mengenal Suku Badui.

Mengenal Suku Badui

Orang Kanekes atau orang Badui/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat Suku Badui di Banten termasuk salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar itulah salah satu keunikan Suku Badui. Sehingga wajar mereka sangat menjaga betul ‘pikukuh’ atau ajaran mereka, entah berupa kepercayaan dan kebudayaan.

Badui Dalam belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman. Karena belum mengenal kebudayaan luar, suku Badui Dalam masih memiliki budaya yang sangat asli.Mereka dikenal sangat taat mempertahankan adat istiadat dan warisan nenek moyangnya. Mereka memakai pakaian yang berwarna putih dengan ikat kepala putih serta membawa golok. Pakaian suku Badui Dalam pun tidak berkancing atau kerah. Uniknya, semua yang dipakai suku Badui Dalam adalah hasil produksi mereka sendiri. Biasanya para perempuan yang bertugas membuatnya. Mereka dilarang memakai pakaian modern. Selain itu, setiap kali bepergian, mereka tidak memakai kendaraan bahkan tidak memakai alas kaki dan terdiri dari kelompok kecil berjumlah 3-5 orang. Mereka dilarang menggunakan perangkat teknologi, seperti HP da TV.

Suku ini memiliki kepercayaan yang dikenal Sunda Wiwitan (sunda: berasal dari suku sunda, Wiwitan : Asli). Kepercayaan ini memuja arwah nenek moyang (animisme) yang pada selanjutnya kepercayaan mereka mendapat pengaruh dari Budha dan Hindu. Kepercayaan suku ini merupakan refleksi kepercayaan masyarakat sunda sebelum masuk agama Islam.

Hingga saat ini, suku Badui Dalam tidak mengenal budaya baca tulis. Yang mereka tahu, ialah aksara Hanacaraka (aksara Sunda). Anak-anak suku Badui dalam pun tidak bersekolah, kegiatannya hanya sekitar sawah dan kebun. Menurut meraka inilah cara mereka melestarikan adat leluhurnya. Meskipun sejak pemerintahan Soeharto sampai sekarang sudah diadakan upaya untuk membujuk mereka agar mengizinkan pembangunan sekolah, tetapi mereka selalu menolak. Sehingga banyak cerita atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau cerita lisan saja.

Badui luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Badui Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Badui Dalam ke Badui Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Badui luar dan Badui dalam itu hampir sama, tetapi Badui luar lebih mengenal teknologi dibanding Badui Dalam.

Tugas

1) Apakah dalam teks laporan hasil observasi di atas terdapat (a) peryataan umum tentang hal yang diobservasi, (b) deskripsi bagian objek yang dilaporkan, dan (c) manfaat objek yang dilaporkan?
Jawab:
Bagian struktur teks laporan hasil observasi apa yang tidak terdapat dalam teks “Mengenal Suku Badui” adalah DESKRIPSI MANFAAT.
Pada struktur teks laporan hasil observasi terdiri dari

  • Pernyataan umum
  • Deskripsi bagian
  • Deskripsi manfaat.

Pada teks “Mengenal Suku Badui” tidak terdapat deskripsi manfaat yang berisi tentang hasil-hasil yang diperoleh dari mengobservasi objek yang dilaporkan.

2) Apabila teks laporan hasil observasi tersebut tidak lengkap, lengkapilah isi teks laporan hasil observasi tersebut sehingga menjadi teks laporan hasil observasi yang lengkap?
Jawab:
Paragraf 6
Badui luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Badui Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Badui Dalam ke Badui Luar. Pada dasarnya, peraturan yang ada di Badui luar dan Badui dalam itu hampir sama, tetapi Badui luar lebih mengenal teknologi dibanding Badui Dalam.

Paragraf 7
(pelengkap teks laporan hasil observasi sebagai deskripsi manfaat)
Dengan mengenal suku Badui, kita dapat mempelajari banyak kearifan lokal suku ini. Meski jauh dari peradaban, tetapi suku Badui tetap mempertahankan budaya dan tradisi nenek moyangnya sehingga kemurnian dan semangat gotong royong suku ini dapat menjadi contoh bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada umumnya.