Menyusun Teks Anekdot berdasarkan Kejadian yang Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik

4.2/5 - (59 votes)

Menyusun teks anekdot memerlukan beberapa hal seperti tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan mempermudah dalam penyusunan anekdot. Oleh karena itu, bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar kamu bisa menyusun anekdot dengan baik.

 

Dalam contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun. Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga.

Aspek dan Isi

1) Tema
Kasih sayang pada orang tua

2) Kritik
Anak yang memandang orang tua di masa tuanya
sebagai orang yang merepotkan.

3) Humor/ kelucuan
Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil

4) Tokoh
Kakek tua, ayah, anak dan menantu

5) Struktur abstraksi
Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu dan cucu 6 tahun.

Struktur orientasi
Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya sering berantakan.

Struktur krisis
Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah.

Struktur reaksi
Cucu 6 tahun membuat replika meja terpisah.

Struktur koda
Cucu 6 tahun mengungkapkan kelak akan membuat meja terpisah juga
untuk ayah dan ibunya.

6) Alur
Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah bermain membuat replika meja.

7) Pola penyajian
Narasi

8) Teks anekdot
Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.

Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi.

Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati semua kejadian itu dalam diam.
Suatu hari si ayah memerhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam.

Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.

Tugas
Sekarang cobalah menyusun anekdotmu sendiri. Gunakan tabel yang sama dengan contoh di atas. Tema yang digunakan bisa kejadian sehari-hari dari perilaku orang terkenal. Jangan lupa memerhatikan isi dan kebahasaan dari anekdot yang kamu susun.

1) Tema

2) Kritik

3) Humor/ kelucuan
Saat melihat tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras.

4) Tokoh
Tukang kupat tahu, Masinis kereta

5) Struktur abstraksi
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.

Struktur orientasi
Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta.

Struktur krisis
Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras.

Struktur reaksi
Pertanyaan Masinis, “Ada apa, pak?”

Struktur koda
Seketika itu Masinis turun dari kereta dan memukuli tukang kupat tahu.

6) Alur
Tukang kupat tahu yang berjualan dipinggir rel kerata api. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesudah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan. Seketika masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan.

7) Pola penyajian
Narasi

8) Teks anekdot
Kereta dan Tukang Kupat Tahu

Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4 Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.

Tetapi kebetulan hari itu, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi rel kereta. Sesuah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.

Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.

Masinis:“Ada apa, pak?”
Tukang Kupat Tahu: “Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.”
Seketika itu Masinis turun lalu memukuli tukang kupat tahu.