Faktor Utama Menentukan Terbentuknya Bentang Lahan Karst

Mengetahui lebih jauh tentang lahan karst, maka kita ketahui terlebih dahulu pengertian geomorfologi karena keduanya saling berhubungan. Jika pernah belajar materi geografi, maka
nama geomorfologi terasa tidak asing lagi bagi Anda. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya.

 

Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan teknik kebumian.

Sedangkan karst adalah merupakan istilah dari bahasa Jerman yang di turunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini tidak berhubungan dengan proses pelarutan. Jadi pengertian dari geomorfologi dan karst secara tidak langsung yaitu merupakan cabang dari ilmu geomorflogi yang mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh proses pelarutan, baik bentukan yang di akibatkan oleh pelarutan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat ataupun yang terjadi pada batuan lain yang mudah larut seperti batuan gypsum dan batu garam (sandstone).

Syarat – syarat Terbentuknya Karst

Salah satu syarat terbentuknya bentuk-lahan karst yaitu terjadinya karstifikasi, yaitu proses pembentukan bentuk-lahan karst sebagai akibat dari pelarutan batuan. Karstifikasi dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu “faktor pengontrol” dan “faktor pendorong”. Faktor pengontrol merupakan faktor yang menentukan dapat tidaknya karstifikasi berlangsung, sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang menentukan cepat-lambatnya terjadinya proses karstifikasi.

Faktor Pengontrol

Faktor pengontrol, yaitu faktor yang menentukan dapat-tidaknya karstifikasi berlangsung dibagi menjadi tiga, yaitu: Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan, curah hujan yang cukup yatu curah hujan lebih dari 250 mm/tahun, dan batuan terekspos di ketiggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase secara vertikal.

Batuan yang mengandung CaCO3 (Calcium Carbonate)merupakan contoh batuan yang mudah larut karena jika batuan yang mengandung CaCO3 bereaksi dengan air yang mengandung karbon dioksida maka akan terjadi pelarutan batuan dengan mudah sehingga dapat mengembangkan bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan daya tahan bentukan atau kestabilan bentukan semakin kompak batuan pembentuknya, semakin stabil atau semakin kuat dan tahan lama bentukan yang dihasilkannya.

Ketebalan batuan juga merupakan faktor pengontrol bentukan bentuklahan karst, semakin tebal lapisan batuan pada suatu daerah semakin banyak pula terbentuk sirkulasi air vertikal sehingga dapat terjadi karstifikasi. Rekahan dapat membantu terjadinya karstifikasi karena semakin banyak rekahan, semakin banyak pula aliran vertikal yang terbentuk.

Curah hujan, merupakan faktor yang penting dalam proses karstifikasi, karena semakin besar curah hujan semakin besar pula tingkat pelarutan yang terjadi pada batuan karbonat sehingga semakin banyak pula bentuk-lahan karst terbentuk.

Ketinggian batu gamping di atas permukaan laut menetukan drainase vertikal, karena semakin tebal lapisan CaCO3 pada suatu daerah semakin banyak pula terbentuk sirkulasi air vertikal sehingga dapat mempengaruhi tingkat karstifikasi.

Faktor Pendorong

Faktor pendorong, yaitu faktor yang menentukan cepat-lambatnya proses karstifikasi dibagi menjadi dua faktor, yaitu: Temperatur atau Suhu dan penutupan Hutan.

Temperatur atau suhu udara merupakan faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses karstifikasi karena temperatur menmpengaruhi tingkat ke idealan makhluk hidup untuk hidup pada suatu daerah tertentu, sebab semakin hangat temperatur suatu daerah semakin tinggi pula perkembangan makhluk hidup yang dapat menghasilkan CO2 (Carbon Dioxide) sehingga apabila CO2 dalam air bereaksi dengan kalsit (CaCO3), maka akan terjadi karstifikasi.

Penutupan hutan merupakan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses karstifikasi karena semakin rapat suatu area tertutup oleh hutan, semakin banyak CO2 yang terkandung dalam tanah sebagai akibat dari perombakan zat zat organik sehingga semakin tinggi pula tingkat daya larut air terhadap batu gamping.

Teori Pembentukan Karst

Ada banyak teori yang diberikan oleh para ahli geoggrafi mengenai masalah pembentukan karst ini diantaranya:

Menurut Cvijic (1914)

Menurut Cvijic, Karst dapat dibagi menjadi tiga kelopok berdasarkan pembentukannya, yaitu holo karst, merokarst dan karst transisi.

Holokarst, merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan yang utuh atau sempurna dari suatu bentanglahan karst hal ini terjadi akibat terdapat kemungkinan yang tak terbatas suatu batuan karbonat berkembang kearah vertikal dan horizontal.

Merokarst merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk karena perkembangan tidak sempurna atau perkembangan yang hanya sebagian saja dari proses pembentukan bentang lahan karst, pada umumnya merokarst tertutup oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, atau swallow hole yang berkembang di tempat setempat.

Karst transisi merupakan merupakan tipe bentukan karst yang terbentuk pada batuan karbonat yang relative tebal yang sangat memungkinkan perkembangan karst ke bawah tanah sehingga memungkinkan proses pembentukan bentukan karst berlangsung ebih cepat.

Menurut Gvozdeckij (1965)

Menurut Gvozdeckij, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan pembentukannya, yaitu Bare karst, Covered karst, Soddy karst, Buried karst, Tropical karst, dan Permafrost karst.

Bare karst, merupakan bentuklahan yang kurang lebih sama dengan Holokarst, Soddy karst merupakan bentuklahan karst yang berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah yang berasal dari sisa pelarutan CaCO3.

Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukit-bukit karst hanya dapat dikenali dari data bor. Tropical karst merupakan karst yang terbentuk pada daerah tropis, dan Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk pada daerah bersalju.

Menurut Sweeting (1972)

Menurut Sweeting, Karst dapat dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan pembentukannya, yaitu True karst, Fluvio karst, Glasiokarst, dan Tropical karst.

True karst merupakan merupakan perkembangan sempurna (holokarst) yang disebabkan karena pelarutan secara vertikal dan horizontal secara bebas. Fluvio karst merupakan merupakan bentukan yang terbentuk akibat kombinasi dari proses fluvial dan proses pelarutan yang biasanya terbentuk di daerah berbatuan gamping yang dilalui oleh sungai yang berhilir di daerah non-karst.

Glasial Karst merupakan karst yang terbentuk karena proses pembentukan karst di dominasi oleh proses glasiasi yang terjadi di daerah berbatuan gamping ciri-ciri glasiokarst adalah adanya kenampakan hasil penggosongan, erosi, dan sedimentasi glasier. Sedangkan Tropical karst merupakan karst yang terbentuk dari proses presipitasi yang besar sehingga menghasilkan aliran permukaan sesaat yang besar sedangkan evaporasi menghasilkan rekristalisasi larutan karbonat membentuk lapisan keras dipermukaan, hal ini dicirikan dengan bentukan doline yang berbentuk bintang tidak beraturan yang disebut cockpit.