Keunikan Bentuk Rumah Adat Sumba

Sumba adalah sebuah pulau di kawasan timur Indonesia, salah satu dari Kepulauan Sunda Kecil, dan di provinsi Nusa Tenggara Timur. Di Sumba ada rumah adat setempat yang begitu unik. Rumah itu dikenal dengan nama Uma Bokulu dan berbagai bagiannya menyimpan rahasia kearifan lokal.

 

Rumah tradisional Sumba dibangun dengan atap tinggi yang memuncak atasnya dengan balok kayu memproyeksikan di kedua ujungnya memegang sosok laki-laki dan perempuan yang terbuat dari kayu berukir atau rumput terikat. Balok kayu di atap diyakini pintu masuk untuk roh-roh nenek moyang untuk memasuki rumah dan memberikan berkat kepada keturunan mereka. Kehadiran Marapu di mana-mana di antara yang hidup dan rumah juga dilihat sebagai tempat yang penting pemujaan leluhur.

Rumah adat Sumba biasa disebut Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Di mana Uma Bokulu berarti rumah besar dan Uma Mbatangu berarti rumah menara. Benar saja, rumah adat sumba memang besar dan bermenara, ketinggiannya bisa mancapai 30 meter. Rumah-rumah berdiri mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum. Rumah adat Sumba penuh dengan nilai-nilai filosofis. Bentuk atapnya tinggi lancip, serupa menara dimana tersimpan benda-benda pusaka (Tanggu Marapu).

Tiap-tiap rumah adat mempunyai tiga bagian : bagian bawah, tengah dan atas rumah, mencerminkan simbol alam dalam pandangan suku bangsa Sumba, yakni alam bawah (tempat arwah), alam tengah (tempat manusia) dan alam atas (tempat para dewa), dengan demikian rumah bukan hanya sebagai tempat kediaman manusia tetapi juga merupakan tempat kebaktian dan pusat persekutuan sosial dan ekonomi (center of social gathering and economic).

Sekeliling rumah adat terdapat kubur-kubur batu besar dengan berbagai bentuk dan ukiran yang indah baik yang telah beratus tahun maupun yang baru, sebagai manifestasi kejayaan jaman megalitik dimasa lampau, dapat ditemui di Kampung Wunga – Kec. Haharu ( 63 Km dari kota Waingapu), yang merupakan kampung pertama dan tertua di Sumba Timur.

Selain itu terdapat di Kampung Prainatang (33 Km ), Kampung Kawangu (12 Km ), Kampung Watumbaka (17 Km), Kampung Praiyawang (69 Km), Kampung Uma Bara/Pau (66 Km), Kampung Tambahak (67 Km), Kampung Kaliuda (120 Km), Kampung Wundut (62 Km), Kampung Praikalitu (66 Km), kampung Rambangaru(20Km), Kampung Praibakul(115), Kampung Prailiu(2 Km), dengan karakteristik adat-istiadatnya masing-masing.