Proses Terjadinya Perkembangan Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah sekelompok manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir serta terjadi se berulang – ulang dan memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya. Kelompok – kelompok sosial yang ada dalam masyarakat multikultural akan selalu mengalami perkembangan. Karena adanya proses interaksi dan internalisasi dalam kehidupan manusia atau biasa disebut dengan dinamika kelompok sosial.

 

Proses Pembentukan Kelompok Sosial

Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting ialah reaksi yang tinbul akibat hubungan-hubungan social tersebut. Reaksi yang timbul itu, menyebabkan tindakan dan tanggapan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau seseorang mempunyai teman, dia memerlukan reaksi, entah yang berujut pujian atau celaan, yang mendorong munculnya tindakan-tindakn selanjutnya. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

  1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dalam masyarakat
  2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Persyaratan atau factor-faktor pembentukan kelompok social. Terbentuknya kelompok social
memerlukan persyaratan sebagai berikut:

  1. Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa diri nya merupakan anggota atau bagian dari
    kelompok social nya.
  2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
  3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan di antar mereka bertambah erat.
  4. Kelompok itu berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku yang khas.
  5. Kelompok itu bersistem dan berproses terus menerus.

Faktor Penyebab Multikultural di Indonesia

Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa negara Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia disebut sebagai masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Tahukah kamu apa yang menyebabkannya? Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural dan multiras. Faktor-faktor tersebut antara lain:

  1. Faktor Sejarah Indonesia
    Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempahrempah. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negeri incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab.
    Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan budaya yang makin beragam.
  2. Faktor Geografis
    Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur persilangan transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya banyak bangsa-bangsa pedagang singgah ke Indonesia sekadar untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut seperti Arab, India, Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda, Jerman, dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan masuknya unsur budaya tertentu ke negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa Belanda, agama Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.
  3. Faktor Bentuk Fisik Indonesia
    Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng benua besar. Hal ini menjadikan Indonesia berbentuk negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik fisik sendiri-sendiri. Untuk mempertahan kan hidup, masyarakat di masing-masing pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai deng an kondisi fisik daerahnya. Oleh karena itu, masing-masing pulau juga mempunyai perkembangan yang berbeda-beda pula. Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda yang akhirnya membentuk masyarakat multikultural.
  4. Faktor Perbedaan Struktur Geologi
    Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya Indonsia terletak di antara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe Asia dengan struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona geologi dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe Australia dengan struktur geologi Indonesia Timur. Perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan ras, suku, jenis flora dan faunanya.

Proses Perkembangan Berbagai Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural

Pencetus pertama tentang masyarakat multikultural yaitu JS. FURNIVAL. Yang mengemukakan bahwa masyarakat multicultural yaitu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok – kelompok yang se kultural dan ekonomi terpisah – pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda – beda satu sama lain. Dalam masyarakat multikultural terdapat proses perkembangannya yaitu diantaranya sebagai berikut :

Keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang ada dalam masyarakat. Keluarga di bagi menjadi 2 yaitu keluarga batih ( yang terdiri dari suami, istri dan anak – anak yang belum menikah) dan keluarga besar ( yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu dan anak – anaknya). Keluarga batih dianggap sebagai suatu sistem sosial karena memiliki norma – norma, kedudukan dan peran, sanksi, perasaan serta tujuan bersama. Sebagai unit pergaulan, keluarga mempunyai peranan – peranan tertentu yaitu sebagai berikut :

  1. Sebagai pelindung bagi para anggotanya
  2. Sebagai unit sosial ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan para anggotanya
  3. Menumbuhkan dasar – dasar bagi kaidah – kaidah pergaulan hidup
  4. Sebagai tempat pertama sosialisasi

Kelompok kekerabatan

Kelompok kekerabatan merupakan kelompok – kelompok sosial yang anggota – anggotanya mempunyai hubungan darah dan persaudaraan. Kelompok kekerabatan ini merupakan cikal bakal dari masyarakat. Dalam kelompok kekerabatan nilai – nilai tradisional masih di junjung tinggi sehingga kehidupan kelompok berpusat pada tradisi kebudayaan yang telah di pelihara se turun menurun.

Kelompok kekerabatan yang semakin besar jumlahnya dan tersebar di beberapa tempat dan berkembang menjadi kelompok suatu etnis yang akan menampilkan identitasnya sendiri.

Kelompok okupasional

Kelompok kekerabatan pada dasarnya merupakan masyarakat yang homogen yang dalam pembagian kerja dilakukan se sederhana berlandaskan pada tradisi da perbedaan jenis kelamin. Ketika kelompok kekerabatan mendapat pengaruh dari luar, maka kelompok tersebut menjadi suatu masyarakat yang heterogen, dimana akan timbul spesialisasi pada pekerjaan atas dasar bakat dan kemampuan.

Pada perkembangan selanjutnya, spesialisasi semakin berkembang lebih khusus, sehingga akan memunculkan berbagai industrialisasi. Dimana para pekerja harus bertanggung jawab pada satu jenis pekerjaan saja.

Akibat munculnya orang yang sangat ahli dalam satu bidang pekerjaan, tetapi kurang mampu mengerjakan pekerjaan lain. Maka fungsi kelompok kekerabaran hilang di gantikan dengan kelompok okupasional. Sehingga kelompok okupasional adalah kelompok yang terdiri dari orang – orang yang melakukan pekerjaan sejenis.

Kelompok volunter

Semakin cepat berkembangnya komunikasi, heterogenitas masyarakat semakin luas. Dengan berkembangnya suatu masyarakat maka tidak semua kepentingan anggotanya dapat terpenuhi se baik. Sehingga muncullah kelompok – kelompok volunter.

Kelompok volunter terdiri dari orang – orang yang mempunyai kepentingan sama, tetapi tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat yang luas. Kelompok volunter ini akan memenuhi kebutuhan anggotanya se mandiri tanpa menganggu kepentingan masyarakat umum. Contohnya Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP).

Masyarakat desa

Masyarakat desa merupakan masyarakat yang umumnya memiliki mata pencaharian bertani dan berkebun. Masyarakat desa akan cenderung hidup bersama, berinteraksi dan memiliki hubungan yang erat dalam waktu yang relatif sama serta memiliki sifat – sifat yang sama pula. Masyarakat desa akan selalu bersama, karena mempunyai ikatan yang erat dan mendalam, sistem kehidupan kelompoknya atas dasar kekeluargaan.

Masyarakat desa kebanyakan bertani dan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja. Pada perkembangannya tidak semua masyarakat desa adalah masyarakat tradisional karena sudah ada desa yang telah berkembang melalui kemajuan yang ada.

Masyarakat kota

Masyarakat kota merupakan kelompok social yang mendiami wilayah yang luas dan lebih dinamis. Masyarakat kota akan cepat dalam mengalami perubahan dan perkembangan. Sebagian besar anggotanya bermatapencaharian di sektor industri, jasa dan perdagangan. Keanggotaan dalam masyarakat kota pun tidak saling mengenal, tidak terikat kontak dan mulai meninggalkan tradisi.

Perubahan Kelompok Sosial

Kelompok social umumnya mengalami perubahan akibat proses revolusi karena pengaruh dari luar. Keadaan tidak stabil pada kelompok social dapat terjadi sebagai akibat konplik antar kelompok karena kurangnya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam kelompok tersebut.

Ada golongan dalam kelompok social yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lain, atau ada kepentingan tidak seimbang, sehingga timbul ketidak adilan atau perbedaan paham atau pandangan tentang cara mencapai tujuan kelompok.

Kesemuanya itu mengakibatkan terjadinya perpecahan didalam kelompok social, sehingga timbul perubahan struktur kelompok social. Timbulnya struktur kelompok sosil yang baru, pada akhirnya bertujuan mencapai keadaan yang seimbang dan stabil. Prubahan struktur kelompok social dapt pula terjad karena sebab-sebab dari luar. Ancaman dari luar misalnya, sering kali menjadi factor yang mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok social.

Situasi yang membahayakan yang berasal dari luar akan memperkuat rasa persatuan dan mengurangi keinginan-keinginan untuk mementingkan diri sendiri dari anggota-anggota kelompok social tersebut. Sebab lain, yaitu pergantian pimpinan, stap, atau anggota kelompok social yang tidak sesuai dengan ketantuan yang berlaku.

Menurut max weber, dalam masyarakat multicultural ada beberapa macam kelompok social. Kelompok social yang satu berbeda dari kelompok social yang lain, walaupun mereka termasuk dalam suatu masyarakat yang sama. Max weber mengemukakan bahwa kelompok masyarakat majemuk berkaitan dengan tatanan yang mengikat dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, dan kebudayaan.

Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat multicultural, yaitu masyarakat yang beragam etnis/ suku bangsa, ras, agama, bahasa, adatistiadat, profesi, golongan politik dsb. Kebragaman suku bangsa dan kebudayaan tersebut, tentu saja berpengaruh terhadap system dan struktur social.

Karena itu, dalam masyarakat Indonesia terdapat bermacam-macam kelompok social berdasarkan criteria tertentu, seperti kelompok social yang terbentuk karena kepentingan etnis atau suku bangsa, kelompok social kerena kepentingan agama, kerena kepentingan profesi dsb. Perkembangan kelompok social itu terjadi melalui 2 proses, yaitu proses yang bersipat alami dan disengaja.

Dampak Perubahan bagi Kelompok – Kelompok Sosial di Indonesia

Seiring dengan derasnya arus globalisasi tentunya membawa pengaruh tersendiri bagi bangsa Indonesia. Perubahan demi perubahan terjadi begitu cepat. Perubahan di bidang pertanian, kesehatan, politik, sosial, bahkan cara pandang dan gaya hidup masyarakat mampu menggeser nilai-nilai yang ada.

Sebagaimana bangsa yang memiliki kemajemukan tentunya perubahan ini membawa dampak yang luar baisa, yaitu mampu memunculkan konflik vertikal, horizontal, terkendalanya pencapaian integrasi, dan sulitnya terselenggara keadilan. Untuk lebih jelasnya simak dan perhatikan materi di bawah ini.

Munculnya Konflik Vertikal

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam suatu struktur pemerintahan. Sebagai contohnya, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan akan kenaikan BBM (bahan bakar minyak), saat itu muncul konflik vertikal antara pemerintah dan rakyat di berbagai wilayah. Contoh lain manakala muncul Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Konflik tersebut terjadi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dalam hal ini setiap daerah berhak mengelola apa yang ada di dalam wilayahnya sendiri. Padahal setiap wilayah mempunyai keterikatan kebutuhan satu sama lain. Adanya undang-undang otonomi daerah menjadikan wilayah atau daerah yang kurang berpotensi menjadi semakin terbatas.

Munculnya Konflik Horizontal

Pada hakikatnya konflik horizontal adalah konflik sosial antarpihak yang setara kedudukannya. Contoh konflik antaragama, antargolongan, konflik antarras, dan antarsuku. Akhir-akhir ini konflik horizontal sering kali terjadi di Indonesia. Poso, Aceh, Maluku, Papua, adalah saksi hidup dari sebuah konflik horizontal. Umumnya konflik horizontal bersumber pada perbedaan struktur budaya dan tata nilai yang berkembang menimbulkan kesenjangan yang akhirnya menjadi perbedaan kepentingan.

Perubahan yang terjadi di satu wilayah tanpa dibarengi perubahan wilayah lain sangat mungkin memunculkan sebuah konflik horizontal. Untuk itulah diperlukan berbagai upaya guna mencegah konflik antarsuku seperti menumbuhkan sikap menghargai setiap perbedaan yang ada, membentuk forum komunikasi lintas suku, menumbuhkan sikap toleransi antarsuku, menumbuhkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia.

Terkendalanya Pencapaian Integrasi

Umumnya semua bangsa merindukan integrasi sosial. Terlebih bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk yang memiliki perbedaan ras, suku, agama, dan golongan. Integrasi sosial menjadi tujuan utama dalam mencapai kedamaian bangsa. Lantas, apa itu proses integrasi sosial?

Proses integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu kesatuan masyarakat yang serasi. Kebinekaan yang dimiliki Indonesia menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian integrasi. Terlebih adanya perubahan-perubahan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya menjadikan integrasi sosial seolah sebuah impian yang sulit untuk dicapai.

Konflik demi konflik sering kali terjadi ketika Indonesia memulai suatu babakan baru dengan membuat perubahan demi kemajuan bangsa. Hal ini tampak dari penyusunan undangundang pemilu, undang-undang sisdiknas, tentang kerja sama dengan IMF, juga tentang kebijakan mengenai berbagai upaya penyelenggaraan negara. Adanya latar belakang yang berbeda (ras, etnis, agama, suku, dan lain-lain) sering kali menyebabkan pencapaian suatu kebijakan menjadi terhalang.

Elite politik dalam sistem pemerintahan mulai berjalan atas nama kepentingan masing-masing bahkan di antara mereka mulai bersifat nonkomplementer, yaitu tidak senang mendukung dan melengkapi dalam suatu kesatuan setiap mereka menganggap orang lain sebagai musuh yang harus dijatuhkan. Situasi ini mendorong munculnya konflik yang akhirnya menjadikan proses integrasi sosial sulit terwujud.

Proses Terjadinya Perkembangan Kelompok Sosial

Adanya proses sosial yang berlangsung dari waktu ke waktu, kelompok sosial dalam masyarakat terus mengalami perkembangan menuju kepada titik keserasian tata hubungan serta efektifitas dalam memperoleh pemenuhan kebutuhan hidup.

  1. Perkembangan kelompok-kelompok sosial dalam kesatuan teritorial
    Adanya kemajuan telekomunikasi dan transaksi antar individu dalam skala teritorial yang makin luas, menyababkan kelompok sosial yang terbentuk atas dasar kesamaan teritorial semkin lama semakin menipis. Rasa persatua akan semaki berkurang dengan lancarnya komunikasi dan transportasi antarmanusia dalam lintas yang luas. Seperti contoh berikut.
    a. Menurunya solidaritas sosial warga masyarakat secara umum dalam lingkup wilayah RT, RW, Kelurahan, Hingga kecamatan
    b. Menurunnya semangat kebangsaan akibat pergaulan antar individu yang mendunia, sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan kebangsaannya dan lebih mengutamakan kepentingan individualnya.
  2. Perkembangan kelompok sosial dalam kesatuan genealogis
    Dalam perkembanga kelompok sosial atas dasar kesatuan genelogis, munculah bentuk perkembangan yang bersifat alamiah antara lain suku-suku bangsa yang merupakan perkembangan dari keluarga extended family dan kerabat. Di indonesia kelompok ini masih bertahan dalam bentuk suku Aceh, Melayu, Jawa, Sunda, Bali, Dayak, dan sebagainya. Melalui perkembangan peradaban yang semakin modern kelompok sosial yang berdasarkan genealogis ini akan mengalami pemudaran apabila komunikasi semakin canggih dan teknologi semakin mutakhir.
  3. Perkembangan kelompok sosial dalam kesatuan kepentingan
    Perkembangan peradaban yang semakin modern, kelompok sosial yang berdasarkan keepntingan ini akan mengalami perkembangan yang paling pesat dari kelompok sosial yang lain. Dalam kelompok ini akan terjalin hubungan lintas suku, ras, agama dan teritorial yang semakin luas serta mendunia. Manusia modern cenderung akan mengutamakan perhitungan-perhitungan menuju pemenuhan kebutuhan hidup daam skala besar. Contoh dari kesatuan kepentingan ini seperti terbentuknya kesatuan ekonomi, politik, dan sosial budaya tingkat dunia.
  4. Perkembangan kelompok sosial dalam kesatuan religius
    Kelompok-kelompok religius menyatu dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Melalui kesamaan ideologi keagamaan inilah hingga kini masih tetap terjalin kelompok-kelompok sosial dengan nuansa religius. Wujud nyata dari kesatuan religius ini adalah munculnya kelompok-kelompok sosial dalam bentuk umat beragaman.