Pengertian, Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Bar

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang terikat oleh irama dan identik dengan kata-kata indah pada setiap susunan baris atau baitnya.

 

Dunia pendidikan setiap tahunnya mengalami perubahan. Hal ini juga berlaku untuk puisi yang salah satunya adalah dalam tata cara penulisan. Puisi tersebut terbagi atas dua yaitu puisi lama dan puisi baru.

Puisi Lama

Puisi lama adalah karya sastra yang masih masih terikat dengan aturan – aturan baku tertentu dalam pembuatannya. Puisi lama juga terdiri atas pantun, gurindam, syair, bidal, karmina, dan mantra.

Puisi Baru

Puisi baru adalah karya sastra yang sudah dipengaruhi oleh beberapa jenis puisi yang berasal dari barat. Sehingga puisi ini tidak terikat dengan aturan-aturan baku tertentu dalam pembuatan atau pembacaannya.

Contoh puisi baru

Hati Yang Tak Terpaut Dengan-NyA

Duniaku kelam saat malam datang dengan pandang gelap
Tiada lagi kenal akan panutan yang lurus sang pencipta
Ada tutunan agama tapi masih terasa terlena
Jelas dengan adanya pedoman yang dapat menentramkan

Sungguh tiada lagi keutuhan bahagia
Lembar-lembar pacuan hidup itu kini penuh dengan debu
Tiada lagi tersentuh lembut dengan kedua tanganmu
Usang akan kotoran yang menempel dimushaf-mushaf itu

Sholat sebagai pendiri agama tidak sekokoh kau dirikan
Tiada mengenali panutan hidup jadi patokan
Keadaan kejam telah membutakan mata hati
Segala seruan tak akan pernah terdengarkan lagi

Sombong itulah sifat terbaik yang kau miliki
Iri hati tersemai dalam hati sanubari yang suci terasuki
Ngerumpi telah menjadi kebiasaan dilakukan sehari-hari
Jiwa kaku tanpa adanya siraman sesejuk rohani

Engkau tak sadarkah?
Usia telah semakin menua dijemput sang senja
Tiupan dahsyat siap dilontarkan oleh sangkakala
Akankah terbiarkan ragamu terkoyak dengan dakjal yang luar binasa?
Atau engkau akan kembali ke jalan lurus bersama taubatan nasuha
Sebelum benar-benar malaikat mencabut nyawa

Contoh puisi lama

Sajak Cerita Lama

Pada waktu itu aku duduk termenung
Menatap suasana hari di awan tampak mendung
Hati menggebu-gebu ingin bertemu dengan yang berkerudung
Sungguh indah nampak mahkota dengan tudung

Saatku buka mata lentera terlihat
Keadaan menguak jiwa yang jahat
Pujangga datang aku terselamat
Bahagia terselimuti tidak ingin tamat

Senyum tersipu tanda engkau bersahaja
Teduhkan pandangan menundukkan kebahagiaan
Kedipkan mata menggoyahkan insan bercinta
Alangkah indah rasa yang telah tercurahkan

Sungguh kebahagiaan datang bersama sang surya
Menggugah bunga-bunga yang layu di taman
Engkau datang beralaskan cinta semata
Terpaut hati dengan balutan penuh keimanan