Peranan Serangga Bagi Kehidupan

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca “insekta”) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti “berkaki enam”). Serangga lebih banyak menyerang tumbuhan meskipun ada juga serangga yang tidak menyerang tanaman maka dari itu serangga termasuk katagori hama bagi manusia.

 

Beberapa serangga juga memiliki manfaat meskipun banyak serangga yang merugikan manusia seperti walang sangit, wereng, ulat, dan lainnya. Tetapi kebanyakan serangga juga sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Pengertian Serangga

Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Serangga merupakan hewan yang beraneka ragam. Serangga kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga banyak dikenal sebagai hama.

Serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi. Total dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia (Kalshoven 1981) dan sebanyak 1.413.000 spesies telah dikenal serta hampir setiap tahunnya terjadi penambahan spesies baru yang ditemukan (Borror,1998).

Alasan ini yang menyebabkan serangga berhasil dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam mengindari predator (Borror,1998). Berdasarkan kondisi tersebut, keberadaan serangga sebagai bagian ekosistem, dan perannya dalam kehidupan manusia sangat besar.

Pemanfaatan yang bijak dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, baik yang dibuat ataupun yang alami, seperti pemanfaatan serangga di bidang kedokteran, pertanian, pangan dan lain sebagainya. Begitupun sebaliknya,populasi serangga yang tidak terkontrol dapat menyebabkan wabah penyakit, bersifat sebagai hama, dan bahkan merugikan pertanian.

Jenis – Jenis Serangga

Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera, thysanoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian, serangga juga termasuk kelas insekta, tubuhnya beruas-ruas.

Serangga memiliki 2 tipe metamorphosis yaitu paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya cukup beragam, yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. Bentuk antena serangga bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai “pedoman” untuk mengidentifikasi famili serangga.

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, dan penghasil madu.

Serangga yang menguntungkan

Serangga yang menguntungkan misalnya:

  1. Lebah madu menghasilkan madu
  2. Ulat sutra menghasilkan benang sutra
  3. Beberapa serangga membantu penyerbukan bunga, contohnya lebah dan kupu kupu
  4. Serangga predator hama yang membantu pengendalian populasi hama. Saat ini dikembangkan pembrantasan hama secara biologi, yaitu dengan memanfaatkan serangga predator
  5. Serangga membantu menguraikan sampah, misalnya Grilotalpa dan Colembolla yang banyak hidup di tanah.

Serangga yang merugikan

Serangga yang merugikan misalnya:

  1. Larva Lepidoptera merusak daun tanaman
  2. Wereng hama padi
  3. Kumbang kelapa merusak pucuk kelapa dan mematikan pohon kelapa
  4. Nyamuk dan lalat menularkan penyakit
  5. Kutu busuk dan kutu kepala menghisap darah manusia
  6. Walang sangit mengisap butir padi muda

Manfaat Serangga Bagi Manusia dan Lingkungan

Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan.

Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem.

Berikut beberapa contoh pemanfaatannya :

Sebagai bahan konsumsi

Indonesia maupun di negara lain, telah menggunakan serangga sebagai bahan konsumsi karena serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral. Di Thailand, masyarakat disana biasanya memakan serangga dalam bentuk telur, larva, atau dewasa baik dimakan mentah maupun olahan yang dapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Di Indonesia, hanya beberapa masyarakat yang mengkonsumsinya. Serangga yang biasanya dikonsumsi seperti laron, capung, belalang,jangkrik, rayap dan ulat sagu.

Penentu waktu kematian mayat

Pada perkembangannya, kelompok-kelompok serangga nekrofagus yang banyak digunakan untuk mengidentifikasi umur mayat berasal dari ordo Diptera, Coleoptera, Hymenoptera (terutama semut), dan beberapa Lepidoptera (Jiron & Cartin, 1981). Serangga-serangga tersebut diklaim dapat menentukan waktu kematian mayat dengan sangat pas, bahkan melebihi teknik lain.

Sebagai bagian penting dalam ekosistem

Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peran serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai :

Pollinator

Serangga secara tidak langsung berperan dalam proses polinasi, karena serangga hanya bertujuan untuk mendapatkan nektar yang merupakan sumber makanannya. Terjadinya polinasi, karena secara tidak sengaja serbuk sari menempel dan terbawa pada tubuh serangga. Lebah bukan satu-satunya serangga yang bertugas memperlancar penyerbukan bunga.

Namun ia merupakan serangga satu-satunya, yang dalam menjalankan tugasnya, tidak menimbulkan akibat samping yang merugikan tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu misalnya, tak ada yang menyangkal bahwa kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu membantu menempelkan serbuk sari pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan mempermudah proses pembentukan buah.

Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang kadang kelewat mahal. Ratusan butir telurnya yang menempel pada daun, akan menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung tapi malah buntung dalam arti sebenarnya.

Dekomposer

Serangga memeliki peranan yang sangat penting dalam proses dekomposisi terutama di tanah. Kotoran atau feses dari hewan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan dipermukaan tanah dapat mematikan atau memperlambat pertumbuhan tanaman rumput, serta menyebabkan tanaman di sekitarnya kurang disukai ternak sapi.

Selain itu kotoran atau tinja tersebut dapat pula sebagai tempat meletakan telur bagi vektor pembawa penyakit, dan merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada saluran pencernaan ruminansia. Namun dengan keberadaan beberapa spesies kumbang pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir. Kumbang yang bersifat dekomposer biasanya merupakan anggota dari ordo Coleoptera, dan famili Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja.

Kumbang ini memiliki perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar tinja, dengan demikian kumbang tinja sangat membantu dalam menyebarkan dan menguraikan tinja sehingga tidak menumpuk di suatu tempat. Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya.

Dengan membenamkan tinja, kumbang dapat memperbaiki kesuburan dan aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi. Dekomposisi tinja pada permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan penurunan pH tanah setelah 9 minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium, fosfor, magnesium, dan kalsium sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja.

Predator

Dalam kehidupan di suatu ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematoda, protozoa, bahkan sesama serangga lain. Seperti yang dilaporkan oleh Marheni bahwa, wereng batang coklat mempunyai banyak musuh alami di alam terutama predator, mencapai 19–22 famili dan parasitoid 8–10 famili.

Predator–predator tersebut cocok untuk pengendalian wereng batang coklat karena kemampuannya memangsa spesies lain (polyfag) sehingga ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat populasi wereng tersebut rendah atau di luar musim tanam.

Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bahwa predator Paradosa pseudoanulata merupakan predator yang paling efektif dalam menekan populasi wereng batang coklat dan intensitas serangan terhadap padi. Dalam Santoso melaporkan pula bahwa terdapat sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu dan menghisap cairan haemolimpnya sampai mati kering.

Parasitoid

Serangga parasitod merupakan serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain. Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas. Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang.

Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan nektar dipelukan sejak awal sebagai sumber energi. Berbeda dengan diptera yang memiliki alat penusuk pada proboscisnya, parasitoid termasuk dalam ordo Hymenopteratidak dapat menembus kulit puparium.cairan hemolom diperoleh dari rembesan yang keluar waktu menusukan ovipositor ke dalam pupa lalat.

Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan 20.000 – 25.000 spesies, sekitar 80% spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya berlimpah pada ekosistem daratan.

Bioindikator suatu ekosistem

Serangga tergolong hewan yang sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau tekanan pada suatu ekosisitem dimana ia hidup. Penggunaan serangga sebagai bioindikator kondisi lingkungan atau ekosistem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem.

Serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera, Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kelimpahan atau kehadirannya mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar atau tidak, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar.

Larva Odonta juga berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air, karena larva ini sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sungai sebagai habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati. Tidak adanya serangga Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar.

Serangga lainnya yang juga berpotensi sebagai bioindikator di antaranya Lepidoptera yaitu sebagai indikator terhadap perubahan habitat, kumbang Carabidae sebagai bioindikator manajemen lahan pertanian dan spesies semut untuk indikator kondisi agroekosistem pada suatu daerah.

Dampak Negatif Serangga Bagi Manusia dan Lingkungan

Sebagai hama pertanian

Serangga juga dapat sebagai perusak tanaman seperti wereng cokelat yang dapat merusak tanaman padi. Serangga tersebut juga memiliki kekebalan terhadap pestisida karena memiliki kemampuan berubah pada genetiknya. Serangga hama ada yang menimbulkan kerusakan secara langsung atau memakan langsung tanaman, ada juga yang sifatnya sebagai vektor virus.

Sebagai penyebar penyakit

Para peneliti di Amerika Serikat telah mengidentifikasi kecoa sebagai salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus asma di kalangan anak-anak. Di sejumlah kawasan permukiman di New York City, di mana kasus asma banyak ditemukan, anak-anak sering terpapar alergen dari kecoa sehinga mereka menjadi sangat rentan terhadap serangga tersebut.

Para ahli dari Columbia University menemukan, anak-anak yang tinggal di kawasan permukiman dengan prevalensi asma yang tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi memiliki antibodi terhadap protein kecoa di dalam darah mereka, Suatu pertanda bahwa mereka telah terpapar serangga tersebut dan diduga alergi terhadap hewan itu.

Lalat rumah dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor. Selain hinggap, lalat juga menghisap bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap di tempat berbeda. Pakan yang dihinggapi lalat akan tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat tersebut. Oleh karena itu lalat dianggap sebagai penyebar berbagai penyakit kepada manusia maupun hewan,

Sebagai perusak bangunan

Serangga jenis rayap selama ini dikenal sebagai perusak bangunan maupun bagian bangunan atau peralatan yang berbahan dasar kayu. Hal itu erat terkait dengan kemampuan makannya yang sangat cepat. Rayap menyerang bangunan disebabkan adanya sumber makanan,baik yang terdekomposit pada kayu-kayu struktur dan non struktural maupun bahan berselulosa lainnya. Disamping itu, kondisi dan konstruksi bangunan juga merupakan faktor pendorong tingginya ancaman serangan rayap.

Peranan Serangga Bagi Kehidupan

Peranan Serangga dalam ekologi

Serangga dapat ditemukan di setiap lingkungan di Bumi. Sementara beberapa insekta memilih, hidup dalam iklim Arktik yang keras, , seperti Arctic Wooly Beruang Moth sebagian besar insekta yang ditemukan di daerah tropis yang hangat dan lembab. Serangga telah beradaptasi dengan berbagai habitat, berhasil menemukan nichi mereka sendiri, karena mereka akan makan hampir semua zat yang memiliki nilai gizi.

Serangga merupakan komponen penting dari banyak ekosistem, di mana mereka melakukan banyak fungsi penting. Mereka memberikan aerasi tanah, penyerbukan bunga, dan mengendalikan serangga dan hama tanaman. Banyak serangga, terutama kumbang, adalah pemulung, makan pada hewan yang mati dan pohon tumbang, sehingga daur ulang nutrisi kembali ke tanah.

Peranan ekonomi

Serangga memiliki kepentingan ekonomi yang luar biasa. Beberapa insekta menghasilkan zat yang berguna, seperti madu, lilin, pernis, dan sutra. Lebah madu yang telah diajukan oleh manusia selama ribuan tahun untuk madu. Ulat ini sangat mempengaruhi sejarah manusia. Ketika Cina menggunakan cacing untuk mengembangkan sutra, perdagangan sutra Cina terhubung ke seluruh dunia. Serangga dewasa, seperti jangkrik, serta larva serangga, juga sering digunakan sebagai umpan memancing.

Serangga sebagai Makanan

Serangga, tentu saja, tidak hanya dimakan oleh orang-orang. Serangga merupakan sumber makanan tunggal untuk amfibi, reptil, burung, dan mamalia, membuat peran mereka dalam rantai makanan dan jaring makanan sangat penting. Ada kemungkinan bahwa jaring makanan bisa runtuh jika populasi serangga menurun.

Di beberapa bagian dunia, insekta yang digunakan untuk makanan manusia. Serangga merupakan sumber yang kaya protein, vitamin, dan mineral, dan dihargai sebagai makanan lezat di banyak negara dunia ketiga. Bahkan, sulit untuk menemukan serangga yang tidak dimakan dalam satu bentuk atau lain oleh orang-orang.

Peranan Serangga dalam Kedokteran

Serangga juga telah digunakan dalam pengobatan. Di masa lalu, larva lalat (belatung) yang digunakan untuk mengobati luka untuk mencegah atau menghentikan gangren. Gangrene disebabkan oleh infeksi dari daging mati. Belatung hanya memakan daging mati, sehingga ketika mereka ditempatkan pada daging mati manusia, mereka benar-benar membersihkan luka dan dapat mencegah infeksi. Beberapa rumah sakit masih menggunakan jenis pengobatan ini.