Menafsirkan Kembali Isi Drama

4.7/5 - (53 votes)

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu: Menafsirkan drama (tradisional dan modern) yang kamu baca atau kamu tonton dengan terperinci.

 

1. Ada Drama dalam”Tayangan” Sehari-hari

Menonton televisi merupakan kegiatan yang biasa kamu lakukan sehari-hari, bukan? Menonton film kartun atau sinetron di televisi tidak jauh berbeda dengan kegiatan menyaksikan pementasan drama di gedung-gedung pertunjukan. Ketika itu, kita berperan sebagai penikmat. Dengan demikian, lakukanlah kegiatan menonton seperti itu sebagai kegiatan dan menyenangkan.

2. Tanggapan Untuk Pementasan Drama

Pementasan drama merupakan salah satu bentuk tontonan yang sering juga kita sebut dengan istilah teater, lakon, sandiwara, atau tonil. Unsur drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri utama drama yang membedakannya dengan karya sastra lainnya. Selain itu, dalam drama juga terdapat unsur plot/alur, karakter/tokoh, dan latar/setting. Melihat pementasan drama secara langsung merupakan kegiatan paling mengasyikkan. Karena dengan melihat secara langsung, dapat lebih merasakan dan menikmati suasananya, mendengarkan dialog-dialognya, musiknya, dan tata lampunya.

Hal-hal yang tidak pernah lepas dari sebuah pementasan drama di antaranya adalah kurang lebih panggung dan properti, tata lampu, tata suara, serta ilustrasi pengiring atau musik. Dalam pementasan drama, hal-hal tersebut berperan penting dalam kemenarikan sebuah pementasan drama. Selain beberapa hal yang berkaitan dengan panggung, kalian dapat memberikan apresiasi serta tanggapan dalam pementasan drama berkaitan dengan tema cerita, alur cerita, keaktoran, dan model penggarapan sutradara.

Sebuah drama memiliki ciri tersendiri jika dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Sebagai seni pertunjukan,teater drama berhubungaan dengan seni gerak,seni dekorasi, seni tata rias,dan seni tata busana. Sebagai seni kolektif kerena drama dikerjakan secara bersama-sama ,seperti antara sutradara dan pelaku serta antara pelaku dan petugas tata rias dan tata busana. Pementasan drama juga memerlukan penonton karena tampa penonton pertunjukan drama menjadi tidak bermakna.

A. Unsur Pementasan Drama

Dalam pementasan sebuah drama terdapat beberapa unsur yang menunjang pemenrtasan drama yaitu pemaian, cerita, perlengkapan panggung : cahaya, rias, suara, dan busana, berikut penjelasannya.

1. Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Berapa banyak pemain yang dibutuhkan dalam drama, tergantung dari banyaknya tokoh yang terdapat dalam naskah drama yang akan dipentaskan. Sebab, setiap tokoh akan diperankan oleh seorang pemain.

Dalam pementasan drama, aktor bermain peran dan menunjukkan kebolehannya. Aktor memerankan tokoh cerita dengan karakter tertentu. Seorang aktor dituntut untuk mampu memerankan tokoh cerita tersebut. Keahlian aktor dapat menghadirkan sosok tokoh yang diperankan seperti nyata, baik tingkah laku, dialog, maupun jiwanya. Kekompakan antarpemain sangat menentukan keberhasilan sebuah pementasan. Kepiawaian seorang aktor dalam memerankan seorang tokoh dalam sebuah pementasan drama akan bisa dilihat dari

  • Teknik vokal/teknik dialog. Ucapan yang dilontarkan oleh seorang pemeran drama mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama . Karena dalam dialog sebuah drama banyak terdapat nilai-nilai yang sangat bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton
  • Mimik/ekspresi wajah. Penjiwaan yang total dari para pemeran dalam memerankan tokoh yang mereka mainkan akan menjadi kunci penentu keberhasilan sebuah pentas drama.
  • Gesture/gerak tubuh. Gesture adalah sikap atau pose tubuh pemeran yang mengandung makna dan menimbulkan bahasa tubuh. Seorang pemeran harus memahami bahasa tubuh, baik bahasa tubuh budaya sendiri maupun bahasa tubuh budaya lainnya. Pemakaian gesture ini mengajak seseorang untuk menampilkan variasi bahasa atau bermacam-macam cara mengungkapkan perasaan dan pemikiran.
  • Blocking (penempatan posisi di panggung). Blocking adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas. Blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi, memiliki titik pusat perhatian, dan wajar.

Contoh komentar : Ekspresi keputusasaan dari tokoh dalam drama pada pementasan kurang begitu tampak. Dari isi dialog yang dikemukakan oleh tokoh menampakkan bahwa karakter tokoh tersebut tengah dirundung rasa putus asa, kesepian, dan gelisah, meskipun dia seorang yang kaya.

2. Cerita
Cerita dalam drama seringkali mengusung masalah/persoalan kehidupan. Cerita dalam drama disusun dalam bentuk dialog, yang disebut naskah drama atau skenario. Menarik atau tidaknya sebuah pementasan drama juga sangat ditentukan oleh jalan ceritanya.

Contoh komentar : Ceritanya sangat menarik dan mudah dipahami oleh penonton.

3. Tata Panggung
Panggung adalah tempat para aktor memeragakan lakon drama. Sebuah drama yang dipentaskan di atas panggung harus didukung dengan penataan panggung sebagai latar/setting cerita yang bisa menggambarkan ruang, waktu, dan suasana sebuah peristiwa dalam cerita drama tersebut. Panggung (latar) yang baik akan membuat pementasan terkesan lebih ‘hidup’ dan menarik. Tata panggung juga membutuhkan adanya properti (perlengkapan) yang sesuai dengan adegan/cerita.

Tidak hanya sekedar dekorasi semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.

Contoh komentar : Bentuk properti yang digunakan dalam pementasan terlalu modern, sehingga kurang sesuai dengan setting waktu cerita. Berdasarkan dialog-dialog dan kostum yang dikenakan dalam pementasan tersebut, menunjukkan bahwa cerita tersebut berlangsung pada tahun 1950-an. Maka itu, bentuk meja, tempat tidur, tempat minum, serta properti-properti semestinya belum modern.

4. Tata Busana
Tata busana merupakan pengaturan pakaian pemain baik bahan, model, maupun cara mengenakannya. Karakter (watak) seorang tokoh dalam drama akan terlihat lebih kuat jika didukung dengan kostum (busana) yang sesuai.Oleh karena itu, tata kostum dalam sebuah pementasan drama juga harus sangat diperhatikan.

Contoh komentar : Busana yang dipakai oleh peran protagonist tidak sesuai karena pakainya tidak dimasukkan sehingga mencerminkan tidak patuh pada peraturan sekolah.

5. Tata Lampu
Pengaturan cahaya di panggung memang harus disesuaikan dengan keadaan panggung yang digambarkan. Tata lampu pada pementasan drama di panggung juga memegang peranan penting dalam membangun suasana dalam drama tersebut. Oleh sebab itu, penataan lampu (redup-terang, warna-warni, dan lain-lain) mutlak diperhatikan dalam sebuah pementasan drama.

Contoh komentar : Tata lampu yang digunakan menggunakan cahaya lampu biasa, maka para pemeran, dan peralatan (properti), dan semua bagian dari skeneri akan nampak datar atau flat, kurang menarik. Tidak nampak sinar tajam (high-light), tidak ada bayangan, dan monoton.

6. Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengatura pengeras suara ( sound system ), melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih menyakinkan bagi para penonton. Sama halnya dengan tata lampu, tata suara dalam pementasan drama juga akan sangat membantu dalam menghidupkan suasana sesuai dengan jalan cerita drama.

Contoh komentar : Suara dialog kurang jelas ( volumenya kurang keras ), musiknya kurang menarik ( terlalu sedikit dan monoton )

7. Tata Rias
Untuk memperkuat penampilan watak tokoh, riasan wajah pemeran tokoh juga sangat penting. Misalnya, tokoh petani akan lebih tepat diperankan oleh pemain yang berkulit agak gelap. Untuk menciptakan efek kulit agak gelap tersebut, peran make-up sangat diperlukan.

Contoh komentar : Tata rias pada pemeran perempuan tua kurang menampakkan karakter ketuaannya dan karakter sebagai abdi/ pembantu. Padahal, pada dialog tersebut karakter tokoh Perempuan Tua merupakan sosok orang yang sudah sangat tua, lebih tua dari sang juragan, setia sebagai abdi, bijak, perhatian, dan penuh kasih sayang

B. Mengomentari Pementasan Drama
Setelah unsur yang akan dikomentari pada sebuah pementasan drama telah diketahui, sampaikanlah penilaian pentas tersebut dengan objektif. Artinya, tanpa dipengaruhi rasa suka atau tidak suka terhadap lakon maupun para pelakon drama tersebut. Satu hal yang tak pernah boleh dilupakan adalah sampaikan penilaian yang objektif tadi dengan penuh kesantunan agar objek yang kalian nilai dengan lapang dada dapat menerima hasil penialian.

 

 

Topik Lainnya

jepang dan korea