Pengertian Estetika dalam Ilmu Seni

Estetika merupakan bahasa latin yaitu aestheticus atau bahasa Yunani aestheticos. Sumbernya dari kata “aithe” yang berarti merasa. Selain itu Estetika juga dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.” (Effendy, 1993)

 

Terdapat beragam ajaran klasik mengenai estetika, secara umum dapat dikatakan bahwa selama abad ke 20, para filsuf barat yang membicarakan bidang estetika, cukup memperhatikan apa yang disebut pengalaman estetis, baik dalam diri si seniman pencipta karya seni maupun dalam diri para penggemar seni.

Terdapat penekanan dalam kesatuan antara karya seni yang bersangkutan dengan para “pelaku” (pencipta dan penggemar ataupun pencipta ulang, seperti dalam musik, drama, tarian, malah sastra) : kedua belah pihak merupakan suatu bagian integral dari karya seni yang ditinjau dari sudut filsafat, sosiologi, psikologi dan sekarang komunikasi.

  • Estetika adalah sebagai filsafat keindahan
  • Estetika adalah erat sekali dengan seni bangunan
  • Estetika adalah apa yang mendatangkan kesenangan dengan menyeluruh dan tidak berkonsepsi
  • Estetika adalah bahwa “ Konsepsi tentang adanya tujuan pada objek tapi tujuan itu tidak terwujud dengan tegas “.
  • Estetika adalah apa yang di akui sebagai obyek pemuasan darurat yang tidak berkonsep.
  • Estetika adalah idea yang terwujud di dalam indera.
  • Estetika adalah berada pada keselarasan pikiran di imajinasi (dengan dasar bebasnya kerja imajinasi).
  • Estetika menurut Hegel adalah pujian yang mengibuli seni.
  • Estetika adalah bergantung pada ilmu seni, maka estetika adalah hasil-hasil eksperimen yang tercipta dan meyakinkan.
  • Estetika adalah bahasa orang banyak atau ilmu untk mengeluarkan isi hati.
  • Estetika adalah tidak selalu berpangkal pada pengetahuan atau kemauan tetapi pada rasa senang dan sedih.Definisi Seni

Sejak zaman Yunani Kuno sampai pertengahan abad ke-18, estetika merupakan cabang dari filsafat, tokoh yang sangat berperan dalam mengembangkan estetika sebagai ilmu tersendiri adalah Baumgarten. Ia membawa keindahan pada posisi yang mandiri, yang semula keindahan hanyalah hal yang biasa dan tidak perlu dikaji, oleh Baumgarten dikembangkan dan terbukti keindahan menjadi studi yang menarik untuk dikaji.

Hal tersebut dikarenakan keindahan merupakan hal yang selalu muncul dan memenuhi berbagai aspek dalam kehidupan, baik alam semesta maupun manusia serta Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan manusia. Keindahan adalah hal yang serius sekaligus menyenangkan, sebagai hal yang serius, keindahan membutuhkan teori sebagai media pengkajian dalam analisis keindahan. Sebagai hal yang menyenangkan, keindahan telah melahirkan nilai-nilai luhur bagi masyarakat dengan caranya sendiri, yaitu keindahan.

Sebagai salah satu sumber estetis, karya sastra memiliki relevansi yang sangat erat dengan estetika, sastra telah menyumbangkan hasil karyanya dalam memproduksi keindahan, karya sastra telah melahirkan nilai-nilai yang diungkapkan dengan cara yang sangat estetis.