Sebagai umat yang beragama Islam tentunya kita sudah tahu jika Allah Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang Maha Indah dan Maha Sempurna. Di antara nama Allah Ta’ala adalah al-Matin. Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang agung ini disebutkan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezki, Yang Maha Mempunyai Kekuatan lagi Maha Kokoh.” (adz-Dzariyat/51:58)
Berdasarkan ayat ini, para Ulama menetapkan nama al-Matin (Yang Maha Kokoh) sebagai salah satu dari nama-nama Allah Azza wa Jalla yang maha indah. Al-Fairuz Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah permukaan bumi yang sangat kokoh dan tinggi.
Imam Ibnul Atsir mengatakan, “(Arti nama Allah) al-Matin adalah Yang Maha Kuat dan Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, Allah Azza wa Jalla tidak merasa susah, berat maupun payah.
Nama Allah Azza wa Jalla yang maha mulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha agung lainnya, yaitu: “al-Qawiy” (Yang Maha Kuat), “al-‘Aziz” (Yang Maha Perkasa) dan “al-Qadir” (Yang Maha Mampu/Berkuasa).
Makna “al-Matin” adalah Yang Maha sangat kuat, sedangkan “al-Qawiy” adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu menundukkan dan mengalahkan-Nya, serta menolak ketentuan-Nya. Dia (Maha Mampu) memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya.
Allah Azza wa Jalla mampu menolong siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Segala (daya dan) kekuatan hanya milik Allah Azza wa Jalla , tidak akan ada orang yang mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolong-Nya serta tidak akan ada yang mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang dimuliakan-Nya. Orang yang tidak ditolong oleh Allah Azza wa Jalla pasti akan kalah dan orang orang yang dihinakan-Nya pasti akan hina. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Jika Allah menolong kamu, maka tak ada seorangpun yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu ? Karena itu hendaknya orang-orang mu’min bertawakkal kepada Allah saja.” (Ali ‘Imran/3:160).
Dialah yang memiliki semua kekuatan dan keperkasaan. Dengannya, Allah Azza wa Jalla menciptakan benda-benda yang sangat besar (di alam semesta), di langit maupun di bumi, dan mengatur semua urusan yang tampak maupun tidak tampak.
Kehendak-Nya berlaku pada semua makhluk-Nya, apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Orang yang berpaling dari-Nya tidak akan lepas, (karena) tidak ada sesuatupun yang luput dari kekuasaan-Nya.
Di antara (bukti) kemahakuatan dan kemahaperkasaan-Nya adalah : Allah mampu memberikan rezki kepada semua makhluk di alam semesta, Dia mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur membusuk.
Tidak ada seorang manusiapun yang luput dari-Nya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha Suci (Allah) Yang Maha Kuat Lagi Maha Perkasa”.
Diantara bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allah Azza wa Jalla mampu memenangkan dan memberikan pertolongan kepada para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan mereka sangat sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat banyak. Allah berfirman :
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ! Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah/2:249).
Salah satu diantara bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allah Azza wa Jalla mampu menimpakan kebinasaan kepada orang-orang yang berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam azab kepada yang berbuat maksiat di dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman :
“(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat keras siksa-Nya.” (al-Anfal/8:52).
Bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Dia Maha Mampu Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta ini baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia atau hina, kecuali dengan izin-Nya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan mengalahkan-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam.” (al-A’raf/7:54).
Juga termasuk bukti kemahakuasaan-Nya adalah berbagai bentuk adzab pedih yang disediakan-Nya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai macam kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan terus-menerus, yang Allah Azza wa Jalla sediakan bagi penghuni surga.
Keimanan yang benar terhadap nama Allah Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersandar kepada Allah Jalla Jalaluhu semata, serta selalu bertawakal (berserah diri), taat, memasrahkan segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan)-Nya.
Oleh karena itulah, kalimat zikir “LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya) kedudukannya dalam Islam sangat agung, serta memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menumbuhkan serta menyuburkan keimanan dalam hati seorang hamba.
Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, “Wahai Abdullah bin Qais (nama Abu Musa), ucapkanlah (zikir) : “LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH” (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), karena sesungguhnya (zikir) ini termasuk perbendaharaan surga”.
Zikir ini mengandung konsekwensi ketundukan, kepatuhan, bersandar dan penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah Azza wa Jalla , serta sikap berlepas diri dari semua daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Dan menyadari bahwa seorang hamba tidak memiliki sedikitpun kemampuan untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan dari dirinya kecuali dengan izin-Nya.
Bahkan dia tidak mampu untuk meninggalkan perbuatan maksiat untuk menggantinya dengan ketaatan, sakit menjadi sehat, lemah menjadi kuat dan kurang menjadi sempurna kecuali dengan (pertolongan-Nya). Ringkasnya seorang hamba tidak akan mampu melaksanakan semua urusan dalam kehidupannya kecuali dengan pertolongan-Nya.
Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah, maka dia akan diberi petunjuk (oleh Allah Azza wa Jalla), dicukupkan (dalam segala keperluannya) dan dijaga (dari semua keburukan), sehingga dia akan menjadi orang yang paling tegar hatinya dan paling baik keadaannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang ketika keluar rumah membaca (zikir) :
“(Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allah Azza wa Jalla), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Azza wa Jalla)?”.