Menganalisis Unsur Pembangun Puisi

Kegiatan 1

 

Menganalisis Diksi dalam Puisi

Dalam menulis puisi, penyair harus lebih teliti memilih kata-kata agar bisa mewakili makna yang hendak disampaikan serta dapat menimbulkan efek estetis (keindahan) yang diinginkan. Kata-kata yang dipilih penyair berdasarkan pertimbangan dari aspek makna, efek pengucapannya, serta dapat mewakili pikiran dan suasana hati penyair.

Diksi muncul karena adanya:

(a). Makna Kias (konotatif)
Contoh:

AKU
Karya: Chairil Anwar
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
………………………………………
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
………………………………………

Larik binatang jalang dari kumpulannya terbuang dapat diartikan orang yang suka memberontak dan tidak berada di dalam organisasi formal Penyair memilih kata ‘binatang jalang’ untuk mendeskripsikan bahwa ‘aku’ adalah orang yang tidak taat akan aturan atau norma sosial yang berlaku. Dalam kehidupan nyata orang-orang seperti ini menjadi orang terbuang, tidak diakui keberadaannya. Oleh karena itu, Chairil memilih kata ‘terbuang.’

(b). Lambang (simbol)
Dalam puisi banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/benda dengan benda lain. Lambang-lambang tersebut ada yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, ada yang bersifat universal (berlaku untuk semua manusia), seperti bendera adalah lambang identitas negara, dan bersalaman yang merupakan lambang persahabatan, pertemuan, atau perpisahan.

Contoh:
Surat kepada Bunda tentang Calon Menantunya
Karya: W.S. Rendra
………………………………..
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya
………………………………..

Dalam puisi tersebut kata ‘kandang’ menjadi simbol rumah. Penyair memilih kata ‘kandang’ karena kandang adalah lambang tempat tinggal untuk binatang piaraannya, dan di dalamnya terdapat kebutuhan pangan yang bisa mencukupi kebutuhan binatang piaraannya. Sama seperti rumah orang tua yang menjadi tempat berlindung bagi anak-anak. Di dalam rumah tersebut anak-anak mendapatkan kasih sayang dan semua yang ia butuhkan.

(c). Persamaan Bunyi atau Rima
Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. Perhatikan contoh berikut.

DOA
Karya: Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
……………………………………….
Tuhanku
Aku hilang remuk bentuk
Remuk
……………………………………….

Dalam puisi di atas, Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata yang secara bunyi menghasilkan persamaan bunyi. Persamaan bunyi itu membuat puisi tersebut semakin indah ketika dibacakan.

Berdasarkan jenis-jenis rima, pertama dapat dilihat secara vertikal (persamaan bunyi pada akhir baris dalam satu bait). Jenis-jenisnya sebagai berikut.

  • Rima sejajar berpola : a-a-a-a
  • Rima kembar berpola : a-a-b-b
  • Rima berpeluk berpola : a-b-b-a
  • Rima bersilang berpola : a-b-a-b

Kedua dapat dilihat secara horizontal (persamaan bunyi pada setiap kata dalam satu baris), yaitu sebagai berikut.

  • Aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris
  • Asonansi yaitu persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris.

Tugas
Petunjuk

  1. Bacalah kembali puisi Ibu Karya Zawawi Imron di atas.
  2. Analisislah penggunaan diksi dalam puisi tersebut dengan menggunakan tabel berikut ini.

Aspek Diksi
Makna konotatif

Larik Puisi
– Kalau aku merantau lalu
datang musim kemarau
– Gua pertapaan
– bila kasihmu ibarat
samudera sempit
lautan teduh

Analisis
– Musim kemarau artinya
sedang dalam kesulitan.
– Rahim ibu
– Kasih ibu tidak terbatas, dan
selalu meneduhkan hati

Aspek Diksi
Makna simbol

Larik Puisi
hanya mataair
airmatamu ibu,

Analisis
– Mata air : sumber
kehidupan
– Air mata ibu : doa-doa ibu
pada anaknya

Aspek Diksi
Rima

Larik Puisi
– bila aku berlayar lalu
datang angin sakal
Tuhan yang ibu
tunjukkan telah kukenal
– ibulah itu bidadari yang
berselendang bianglala

Analisis
– Pengulangan suku kata
akhir yang sama ‘sakal’
dengan ‘kukenal’
– Pengulangan konsonan yang
sama pada larik yang sama